PWMU.CO-Di sebuah gazebo hotel tempat dilaksanakannya Pendidikan Khusus Kepala Sekolah (Diksuspala) di Trawas, Rabu (24/1/2018), satu kelompok peserta duduk di kursi mengelilingi meja. Dua fasilitator Dra Mas’ulah MA dan Dra Lina Listiana MKes memutarkan video cuplikan Indonesia Lawyer Club (ILC).
Peserta memperhatikan video yang memperlihatkan dua orang dalam satu forum sedang berdebat karena menyela pembicaraan orang. Orang yang menyela itu tidak bisa menjadi pendengar yang baik dengan langsung menyanggah penjelasan yang diberikan.
”Sering kali dalam berkomunikasi tidak banyak orang mampu menjadi pendengar yang baik. Contohnya saja kita sedang mengikuti seminar. Ketika ada yang berbicara terkadang kita tidak mendengarkan secara seksama. Malah sibuk menyiapkan apa yang nanti kita sampaikan atau menyiapkan respon dari paparan teman kita,” ujar Mas’ulah.
Baca juga: Serasa Tidur di Pesawat Star Trex, Peserta Diksuspala Menikmati Sensasi Capsule Room
Fasilitator kemudian mengambil secarik kertas diremas menjadi bola kecil lantas diletakkan di tengah meja. ”Bola kertas ini mikrofon. Siapa ingin bicara silakan ambil, lainnya yang tidak memegang bola kertas berlatih mendengarkan. Setelah selesai berbicara bola kertas diletakkan di tengah,” katanya.
Tema pembicaraan yang diberikan fasilitator adalah entrepreneurship. Satu per satu peserta menyampaikan idenya tentang enterpreneur di sekolah masing-masing. Ulasan sekitar kelebihan, kekurangan, dan tantangan gagasannya.
Pada saat peserta penyampaian ide inilah semua peserta belajar keterampilan Ways of Council. Ketika ada peserta mengemukakan idenya, ia belajar berbicara dari dan dengan hati, mengungkapkan ide secara spontan. Juga melatih manajemen waktu berbicara. Sementara peserta lain yang menyimak belajar untuk mendengar dengan hati.
“Pembelajaran kali ini sangat menarik, teori yang langsung bisa diaplikasikan. Saya mendapat ilmu baru, wawasan baru bagaimana berkomunikasi dengan menggunakan Ways of Council yang akan saya terapkan di sekolah,” ujar Dwi Yuliowati dari SMA Muhammadiyah 1 Sumenep.
Budi Astjarjo dari SMAMDA Surabaya mengatakan, keterampilan ini bisa diterapkan di sekolahnya. ”Seorang pimpinan harus menjadi pendengar yang baik, menghargai perbedaan dan memberikan solusi dari semua permasalahan dengan hati yang tulus ikhlas untuk kebaikan bersama,” katanya.
Menurut fasilitastor Mas’ulah dan Lina model ini dinamakan membangun relasi positif dalam berkomunikasi Way of Council. Ada empat fokus ketrampilan dalam pelajaran ini. Pertama, mendengar dengan hati (deep listening). Kedua, berbicara dari hati dan dengan hati (generous listening).
Setelah kedua hal ini dilakukan, untuk memberi respon kepada lawan bicara dengan deep talk. Respon dengan berbicara secara spontan menunjukkan kejujuran dan yang terakhir adalah berpikir fokus pada poin pembicaraan. (puspitorini)