PWMU.CO – Tudingan negatif Dunia Barat yang mengatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang adalah tidak benar. Karena pada periode awal penyebaran Islam di Mekah, Islam disebarkan ke masyarakat dengan akidah dan akhlak. Tidak dengan peperangan.
“Dibutuhkan waktu 13 tahun lamanya untuk mengajarkan akidah dan akhlak pada masyarakat saat itu,” kata Prof Dr HM Roem Rowi MA, dalam Kajian Ahad Pagi, yang diselenggarakan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah (PCM) Kecamatan Gresik, di Masjid At-Taqwa, Perguruan Muhammadiyah Jalan KH Kholil, Ahad (28/1/18).
Roem Rowi mengatakan, setelah Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul dakwah tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun secara terang-terangan. Maka hal ini mendapat reaksi keras dari kaum elit Quraisy.
“Berbagai ancaman, teror, intimidasi, dan penyiksaan dialami para Sahabat Nabi yang rata-rata kaum alit Quraisy. Mereka banyak yang tertarik masuk Islam. Karena dalam Islam hak-hak mereka diperjuangkan. Setiap manusia punya hak yang sama”, ujar alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, ini.
Meski mendapat ancaman dan siksaan, ujarnya, para sahabat tetap sabar dan tidak mengurungkan niat untuk memeluk Islam.
“Ketika memasuki tahun ke-5 setelah Nabi diangkat Rasul, intimidasi dan siksaan yang diterima para Sahabat sudah di luar dari kemampuan. “Maka oleh Nabi mereka (para Sahabat) disuruh hijrah ke Habsyi (Ethopia sekarang). Maka berangkatlah rombongan yang berjumlah 11 laki-laki dan 5 perempuan,” paparnya.
Menurut mantan Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jawa Timur itu, ketika mendengar kabar kalau di Mekah masyarakat Quraisy sudah memeluk Islam maka mereka kembali. Namun, setelah tiba di Mekah baru mereka tahu kalau kabar yang mereka terima isapan jempol belaka. Maka kembalilah mereka ke Habsyi.
“Untuk rombngan yang kedua ini berjumlah 80 orang,” ungka Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Memasuki tahun ke -9 kerasulan, Nabi kehilangan Abu Thalib dan Siti Khadijah. Dengan meninggalnya kedua orang dekat Nabi ini teror dan tekanan yang diterima Nabi semakin meningkat. Mengingat kedua orang ini masih disegani di kalangan kaum Quraisy.
Karena itu menurut, Roem Rowi, untuk menghindari tekanan itu Nabi bermaksud minta perlindungan ke masyarakat Thaif. “Namun bukan perlindungan yang didapat tapi lemparan batu. Sampai Nabi berdarah-darah. Meski mendapat lemparan batu namun beliau masih tetap mendoakan agar anak-cucu penduduk Thaif kelak menerima ajaran Islam.
“Menurut riwayat, kalau saja Nabi diterima oleh masyarakat Thaif maka nabi tidak perlu lagi hijrah ke Madinah. Wallahu alam,” jelasnya.
Baru setelah memasuki tahun ke -13, setelah kenabian, Nabi melakukan hijrah ke Madinah. “Jadi butuh waktu 13 tahun lamanya untuk menanamkan akidah dan akhlak bagi kaum Quraisy di Mekah.
(Zaidun).