PWMU.CO-Shalat khusuf di Masjid Nurul Ilmi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA) ada yang beda dibanding masjid lain. Di sini yang menjadi khotib siswa kelas 11 MIPA 8 Muhammad Assegaf (17).
Ditemui usai acara, berkali-kali dia mengucapkan syukur karena diberi kesempatan berceramah di acara spesial ini. Muhammad minta didoakan agar kelak menjadi dai yang mensyiarkan agama Islam. Khutbah kali ini ia mengaku tak melakukan banyak persiapan. ”Saya hanya berdiskusi materi khotbah dengan Ustadz Sjamsu sebagai guru al-Islam,” ujarnya.
Ia memang sejak kelas 7 SMP menyukai public speaking berupa khotbah. Kemampuan berkhotbahnya ternyata membuahkan hasil. Ia berhasil menjadi juara I Lomba Dai se Gerbangkertasusila.
Ustadz Drs Sulaiman MA, guru al-Islam yang juga wakil kepala sekolah bidang Ismuba mengatakan, penunjukan Muhammad Assegaf untuk mengasah kemampuannya berkhotbah di acara spesial seperti ini. ”Jika yang berkhotbah ustadz sudah biasa, karena itu khotib siswa ini sangat luar biasa,” ujarnya.
Dalam khotbahnya Muhammad mengupas syukur atas penciptaan alam. “Shalat gerhana bulan ini termasuk salah satu bentuk rasa syukur kita atas kenikmatan dan kesempatan menyaksikan kebesaran Allah,” ungkap Assegaf.
”Allah swt telah menciptakan alam semesta ini sedemikian rupa, begitu indahnya yang memanjakan mata kita. Namun apakah kita sudah bersyukur atas semua nikmat yang diberikanNya. Telah banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Seperti firman Allah dalam surat an-Nahl 18,” katanya.
Allah tidak membutuhkan rasa syukur kita, kata dia meneruskan, syukur itu adalah kewajiban kita sebagai hamba. ”Seringkali kita takjub atas kemampuan manusia, hasil karya manusia. Mengagungkan manusia tetapi kita lupa bagaimana Allah Sang Maha Pencipta menciptakan alam beserta isinya,” tandasnya.
Di akhir ceramahnya ia menyampaikan, peristiwa gerhana bulan ini harus menjadi momentum untuk lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Apalagi telah mempunyai kesempatan untuk melaksanakan shalat khusuf yang belum tentu di masa yang datang kita masih diberi kesempatan. (Puspitorini)