PWMU.CO – Bukan harta warisan yang kita tinggalkan untuk anak-anak kelak, namun amal shalih terbaik yang menjadi saksi di hadapan Allah saat di akhirat nanti.
Itulah nukilan prakata Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi) Drs Aunur Rofiq Msi saat Safari Subuh di Masjid An Nur, Sabtu (3/2/18).
Dihadiri 600 lebih orang yang sebagian besar terdiri dari wali siswa, siswa, serta para jamaah masjid, sekretaris Forum Guru Muhammadiyah Jawa Timur itu menyampaikan peran penting role model orangtua sebagai contoh terbaik dalam menyuruh anak shalat.
“Tidak ada metode pembelajaran terbaik selain teladan orangtua,” pesannya mengingatkan. Mantan Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo itu juga berterima kasih pada para wali siswa yang sudah berkenan mengajak anak-anaknya untuk shalat berjamaah di masjid.
“Jangan sampai harta dan anak melalaikan kita untuk bekal menghadap Allah. Padahal, ketika amal teriring dengan doa anak-anak shalih, maka itu akan membantu kita di hadapan Allah kelak,” tuturnya.
Dalam kegiatan yang dikemas dalam program sekolah Musasi Bina Iman dan Taqwa (Mubit) itu juga menghadirkan Ustadz Hadi Sucipto. Dai yang sering muncul di acara Kajian Subuh TV One itu menguraikan makna qurrata a’yun.
Menurut Ustadz Hadi, ada doa kepada anak yang senantiasa dipanjatkan tiap hari, yaitu: “Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun…”
Namun, terkadang doa yang dipanjatkan itu tidak disertai dengan usaha dari kita (orangtua). “Kapan terakhir kali kita mengajak anak untuk shalat berjamaah ke masjid?” tanya ustadz yang juga menjadi anggota Majelis Tarjih PDM Sidoarjo itu.
Maka, lanjut Ustadz Hadi, ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar anak menjadi qurrata a’yun: pentingnya akidah, mengajarkan shalat, dan memberikan pendidikan yang terbaik.
Akidah, menurut ustadz Hadi, akan memancarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan. “Maka contohlah bagaimana Luqman mendidik anak-anaknya agar tidak syirik terhadap Allah,” tuturnya.
Sementara mengajak shalat pada keluarga perlu digalakkan terus-menerus. “Berikan contoh. Ingatkan anak jika waktu shalat tiba. Telepon-ah jika jarak antara orangtua dan anak jauh. Jangan hanya makan saja yang harus diingatkan,” ungkapnya diiringi senyum para jamaah.
Shalat, kata ustadz Hadi melanjutkan, merupakan pembeda seorang Muslim dan kafir. Jika tidak dibiasakan sejak kecil, akan sulit menjadi kebiasaan jika sudah tua.
Safari Subuh SMP Musasi kali ini diikuti oleh seluruh wali siswa dan siswa kelas 9. Kegiatan yang diawali dengan qiyamul lail itu diakhiri dengan sarapan nasi bungkus dan teh hangat. (Das)