PWMU.CO – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, mengaku bahwa dirinya adalah bagian dari keluarga besar Muhammadiyah. Hal itu disampaikannya dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional Aisyiyah dan Dialog Kebangsaan di Yogyakarta, hari ini (22/4/2016).
(Baja juga: PWA Jatim Tekankan Program Desa Qaryah Thayyibah dalam Rakernas Aisyiyah)
Puan sendiri hadir pada acara yang diselenggarakan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta ini dengan baju batik hijau, yang merupakan seragam khas Aisyiyah, lengkap dengan kerudung kuningnya.
Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noorjannah Djohantini, memberi apresiasi atas testimoni Puan itu. “Selamat kepada Ibu Puan Maharani, yang merupakan bagian dari keluarga besar Persyarikatan,” katanya. Menurut istri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ini, Bung Karno, kakek Puan, pernah menjadi pengurus Muhammadiyah. “Dan Bu Fatmawati adalah putri tokoh Muhammadiyah Bengkulu,” katanya.
Puan mengaku bahwa ia hadir di acara Aisyiyah ini seperti pulang ke rumah. “Sebagai anak turun Bung Karno yang pernah mengikuti gerak perjuangan KH Ahmad Dahlan, dan belajar banyak tentang prinsip-prinsip beragama kepada beliau, maka betul kata Bapak Haedar, saya ini sedang kembali kepada keluarga sendiri,” kata putri Megawati Soekarnoputri ini.
“Saya bisa menjadi seperti sakarang ini adalah karena pembelajaran langsung dari orang tua saya, tentang kehebatan para tokoh Muhammadiyah, termasuk Pak Haedar yang sekarang menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah,” akunya.
Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir dalam sambutan mengatakan bahwa kakek Puan, yaitu Bung Karno, sangat giat dan bersemangat berpastisipasi aktif pada pengajian Muhammadiyah, saat tinggal di Surabaya. “Beliau selalu nginthil (mengikuti) para tokoh Muhammadiyah,” katanya.
Bahkan waktu diangkat menjadi Presiden RI, jelas Haedar, Bung Karno menyatakan, ‘Saya jangan dicoret dari organisasi Muhammadiyah.’ Bung Karno pun pernah berpesan kepada keluarganya, ‘Jika saya wafat tolong tutup di atas kain kafan saya dengan kain bertuliskan Muhammadiyah.’ “Begitulah komitmen seorang kader Muhammadiyah yg sudah menjadi tokoh nasional RI saat itu,” kata Haidar. (Laporan PWA Jatim)