PWMU.CO – Motivasi menuntut ilmu setinggi-tinggi disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr M Saad Ibrahim.
“Dosen tidak boleh hanya S2. Harus kuliah lagi. Kalau tidak ada uang, ambil langkah pertama dulu: putuskan. Kemudian biar Allah yang menjalankan perannya,” pesannya dalam Darul Arqam untuk Dosen dan Karyawan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) di Kampus 4, Sabtu, (3/2/18).
Saad tidak hanya bisa memotivasi. Sebab ia pernah mengalami bagaimana perjuangannya menempuh pendidikan di perguruan tinggi. “Dulu kuliah S1 saya menjual sawah. Uangnya hanya cukup untuk biaya kuliah satu tahun,” ujarnya yang membikin hadirin terharu. Bahkan ada yang tak kuasa menahan air mata.
Saad pun menceritakan tentang bagaimana ia ingin kuliah S2 dan S3 di luar negeri. Sayangnya niat itu tak kesampaian. “Tanamkan dalam pikiran kita (soal kuliah di luar negeri). Seandainya kita tidak punya kesempatan ke sana, insyaallah anak kita yang akan dimudahkan,” kata saat memberi motivasi.
Meski di dalam negeri, bukan berarti kuliah Saad tanpa tantangan. Ketika menyelesaikan S2 misalnya, ia pernah bimbang karena waktu itu perlu biaya juga untuk kelahiran anaknya. Tapi istrinya mendukung untuk menyelesaikannya.
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu juga memberi pesan bagaimana para dosen Umsida menghadapi mahasiswa.
“Yang kita hadapi bukan sesuatu yang murni, tapi sudah membawa gen dari ayah dan ibunya. Kita tidak bisa memaksakan. Mereka membawa sejarahnya sendiri,” ungkapnya.
Kita pun, lanjutnya, membawa sejarah kita sendiri. Dan mencetak masa depan sendiri ke Umsida ini.
“Karena itu yang kita lakukan adalah menggali potensi mahasiswa untuk mengaktualisasikan potensi mereka yang sudah ada,” tutur dia.
Adanya buku, power point, dan segala bentuk alat pembelajaran, kata Saad, tidak boleh mengalahkan posisi dosen di hadapan mahasiswa.
“Makanya saya tidak membuat power point karena saya ingin semua melihat saya. Bukan melihat power point saya,” terang dia.
Menyampaikan materi Kepribadian Muhammadiyah, Saad memberi contoh ketika Ahmad Dahlan membaca surat Almaun di depan murid-muridnya. “Pasti beliau sudah paham maknanya, tafsirnya. Tapi beliau tidak berhenti di situ. “Harus bisa mengimplementasikan dalam perbuatan,” ucapnya.
Menurut Saad, orang Muhammadiyah bukan orang yang puas dengan membaca tafsir dan lain-lain. “Warga Muhammadiyah orangnya kreatif. Ketika bergabung di Muhammadiyah, dosen yang disebut guru tanpa jasa, ini sudah menjadi bagian yang disadari,” kata dia. (Dian)