PWMU.CO – Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), Sabtu (23/4), melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU), penanggulangan bencana dengan berbagai pihak di Lamongan. Mereka adalah Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Lamongan (BPBD), Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah, Polres, Kodim, Polsek Kota, RSUD dr Soegiri, Pemadam Kebakaran (PMK), Kepala Desa Sukorejo, dan Kepala Desa Tumenggungan.
Penandatangan MoU itu adalah rangkaian dari Pelatihan Rencana Penanggulangan Bencana Rumah Sakit, yang diadakan di RSML tanggal 23 dan 30 April, serta 7 Mei 2016. Pelatihan ini diikuti oleh pejabat struktural dan karyawan RSML, serta utusan dari pihak yang mengikuti nota kesepahaman tersebut.
Direktur RSML dr. Hj. Umi Aliyah, MARS dalam sambutannya berharap untuk bisa memaksimalkan peran RSML dan mitranya dalam kesiapsiagaan bencana. Muhammadiyah sendiri, menurut Umi, memiliki potensi yang besar. “Muhammadiyah memiliki potensi luar biasa dalam menanggulangi bencana,” katanya. Hal itu, menurut Umi, karena Muhammadiyah, di bawah komando LPB Pimpinan Daerah Muhammadiyah, memiliki Unit SAR dari KOKAM, dan relawan warga Muhammadiyah. ” Kita juga punya tim medis dari RSML, RSMB dan Klinik-klinik Muhammadiyah di Lamongan,” ungkapnya.
Karsim Amd Kep, Ketua Tim Kesehatan Bencana RSML mengatakan, tujuan pelatihan ini adalah untuk memahamkan prinsip-prinsip penanggulangan bencana berdasarkan standarisasi Hospital Preparedness of Emergency and Disaster (HOPE) atau Standarisasi Nasional Kedaruratan di Rumah Sakit. Selain itu, kata Karsim, para peserta diharapkan menjadi penggerak inti atau inisiator dalam membangun Disaster Plan (Rencana Kegawatdaruratan Bencana) di lingkungan rumah sakit.
“Kita juga ingin setiap komunitas di sekitar rumah sakit, siap siaga dalam penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana,” katanya. “Oleh karena itu, dua kepala desa sekitar RSML juga kita ikutkan pada pelatihan ini.”
Ketua Fasilitator Kegiatan dr Corona Rintawan menjelaskan bahwa persoalan penanggulangan bencana selalu mengalami perkembangan. “Selalu ada pembaharuan dalam setiap masanya. Begitu pula proses keilmuan kedaruratan yang terjadi di lokasi pun akan mengalami aplikasi yang berbeda,” jelasnya.
Menurutnya, perubahan iklim, perubahan fisik bangunan, dan perubahan stake holder dalam sebuah kelembagaan menjadi faktor utama dalam merumuskan rencana kedaruratan bencana. (AFAN ALFIAN)