PWMU.CO-Sekitar 75 siswi kelas X, XI dan XII SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Pucang Surabaya berkumpul di ruang pertemuan lantai 4. Suasana pun menjadi ramai saat pemateri mulai menjajar bahan-bahan dan peralatan memasak. Jumat (9/2/2018) siang, kegiatan keputrian siswi diisi belajar membuat kue lumpur mini, jajanan tradisional imut yang lumer di mulut.
Ada yang berbeda di kegiatan keputrian kali ini. Franziska Bernlocher, guru dari Jerman, juga berpartisipasi dalam pembuatan kue lumpur mini. Sebelum membuat, Franzi, panggilan akrabnya, penasaran dengan kue bulat kecil berwarna kuning kecoklatan ini. Ada beberapa kue yang sudah matang sebagai contoh.
”Can I taste it?” tanya Franzi.
”Yes of course,” jawab siswi di sebelahnya.
Baca Juga: Guru Jerman Itu Heran Ada Upacara Bendera di Sekolah
Setelah mendapat persetujuan, ia langsung melahap kue mungil itu. ”Hmm..it’s very delicious,” ungkap dia. ”I would like to make it too,” imbuhnya.
Adonan pun disiapkan. Bahan-bahannya antara lain terigu, kentang tumbuk, margarin, gula pasir, telur dan santan. Semua bahan telah dicampur dan kue siap dibuat.
Beberapa siswi juga berebut untuk menuangkan adonan ke atas cetakan berupa bulatan kecil-kecil itu. Tak ketinggalan, Franzi juga ikut dalam antrean. Lantas cetakan dipanggang di atas kompor. Tak berapa lama bau wangi mengisi ruangan, pertanda kue sudah matang.
”Hmm.. harum, pasti enak,” ujar Rahmanissa, siswa kelas XII IPS 1 yang mengangkat kue dari cetakan. ”Saya sangat suka jika materi keputrian ini memasak kue,” ungkapnya. Lebih lanjut dia menyatakan pelajaran memasak kue ini bisa menjadi bekal ketika menjadi ibu, ia bisa membuat kudapan lezat untuk anaknya.
Setelah kue matang, kue-kue mini diberi toping. Selain untuk mempercantik kue, toping juga menambah kelezatan citarasa kue. Topingnya ada yang kismis, coklat, dan keju. Di sela menghias kue, Franzi menuturkan, kegiatan ini mengingatkan dia ketika masih SMA. Ia juga membuat kue pancake.
”It reminds me when I was a senior high school student. I also cooked a cake, dutch pancake,” katanya sambil menunjukkan kue di internet. Ia menulis resep kue lumpur yang telah dibuatnya tadi. Ia akan mencobanya di rumah.
Setelah kue dihias, kue dibagikan ke semua peserta yang hadir, semua kebagian bisa menikmati kue lumpur mini tersebut. ”Untuk materi masak memasak kali ini memang saya pilih membuat kue lumpur mini,” kata Dra Estu Sukma Libriyati, pengurus Komite Sekolah bidang Pengembangan dan Potensi siswa.
Selain memberikan ketrampilan siswi untuk bisa membuat kue, sambungnya, juga untuk mengenalkan guru Jerman tentang kue tradisional yang sangat lezat. Ia berharap agar kue tradisional ini juga dikenal oleh turis asing. (Puspitorini)