PWMU.CO – Pengurangan risiko bencana harus ditangani dengan cara yang tepat oleh orang yang tepat. Yakni orang yang kompeten dalam menangani kebencanaan. Jika tidak, akan memunculkan potensi bencana baru.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (MLHPB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Arif Nur Kholis dalam Pra Workshop Sekolah Tangguh Bencana di Kantor PWM Jatim,Sekolah/madrasah aman bencana, Sabtu (10/2/18).
”Jika pengurangan resiko bencana tidak ditangani dengan baik dan tepat, maka akan memunculkan potensi bencana baru di kemudian hari,” ujar Arif di hadapan puluhan peserta.
Arif mengatakan, pengurangan risiko bencana bukan sekadar melakukan proses rehabilitasi atau pemulihan pascabencana saja. Lebih dari itu, pengurangan risiko bencana adalah proses untuk penanaman maindset kebencanaan kepada masyarakat di wilayah rawan bencana.
Dengan begitu, lanjut Arif, masyarakat di wilayah rawan bencana memiliki pemahaman dan informasi lengkap untuk dapat mengatisipasi dan meminimalisir dampak bencana, serta bisa melakukan peran penanggulangan dan mitigasi bencana.
”Bencana itu membuat orang miskin semakin miskin, yang kurang terdidik semakin kurang terdidik, dan yang rentan semakin rentan,” paparnya.
Untuk pengurangan risiko bencana, Arif mendorong berdirinya Sekolah/Madrasah Aman Bencana (SMTB) di setiap wilayah yang rentan atau rawan terjadi bencana, termasuk di Pacitan Jawa Timur.
”SMAB ini penting untuk pengurangan risiko bencana,” tegasnya. (Aan)