PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Nadjib Hamid bangga dan memberi apresiasi atas semangat kader muda untuk mengikuti kegiatan Kader Camp di Pacet, Mojokerto, Sabtu (10/2/18).
Itu pula yang membuat pria yang tinggal di Surabaya itu tetap bersemangat meski baru saja dalam perjalanan 5 jam usai mengisi acara Baitul Arqam, di Tuban. Tepat pukul 21.30 WIB Nadjib mulai menyampaikan materi.
Dalam acara yang yang diadakan Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik itu, ia menjadi motivator, sekaligus “provokator”, bagi 56 peserta yang akan menjadi kader masa depan Muhammadiyah.
“Mengapa Mas, kok mau ikut acara ini? Sudah waktunya tidur disuruh mendengarkan ceramah ya?” tanya Nadjib kepada salah satu peserta.
“Untuk menambah ilmu,” jawab Yogi, peserta dari IPM itu spontan.
“Ya bagus, memang dengan mengikuti acara-acara seperti ini pasti akan dapat ilmu yang bermanfaat,” terang Nadjib.
Menurut mantan komisioner KPU Jatim itu, ber-Muhammadiyah itu banyak cara. “Kita tidak bisa mengukur dari sisi adminitratif saja. Kiai Dahlan saja, sebagai pendiri Muhammadiyah, sampai meninggal belum punya NBM (nomer baku Muhammadiyah),“ ujarnya yang disambut ketawa peserta.
Mengukur kader Muhammadiyah, lanjutnya, juga tidak bisa diukur hanya dari garis Ortom (Organisasi Otonom) dan administratif saja. “Tapi kader dari ‘samping’ juga harus kita perhatikan,” tuturnya. Yang dimaksud kader samping adalah mereka yang tidak punya latar belakang Muhammadiyah sejak kecil, dan bukan lulusan Ortom. Namun punya komitmen kuat dalam perjuangan Muhammadiyah dan berfikiran maju.
Nadjib lalu menyampaikan tentang tiga karakter warga Muhammadiyah. “Orang Muhammadiyah itu gemar mencari ilmu, gemar beramal, dan dikenal Ikhlas,” ungkapnya.
Ber-Muhammadiyah itu, menurut dia, mendatangkan berkah dalam kehidupan. “Tapi berjuangnya harus sungguh-sungguh dan ikhlas,” pesannya sambil mencontohkan keberkahan hidup yang ia alami karena mengurus Muhammadiyah.
“Mengurus Muhammadiyah memang tidak menjamin jadi kaya. Tapi percayalah bahwa tidak akan jadi miskin gara-gara mengurus Muhammadiyah,” tegasnya. (Lilik Isnawati)