PWMU.CO – Sebanyak 80 persen penderita kanker payudara berusia di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena semua sistem dalam tubuh mengalami penurunan, termasuk daya tahan tubuh. Akibatnya, potensi terserang berbagai penyakit lebih tinggi pada usia ini. Kanker payudara salah satunya.
Tak hanya akibat faktor herediter atau keturunan, salah satu penyebab utama kanker payudara adalah berlebihnya hormon esterogen dalam tubuh wanita.
Dalam kegiatan Pelayanan Remaja Sehat milik Nasyiatul Aisyiyah (Pashmina) Kecamatan Lowokwaru Malang, Ahad (11/2/18), Ahisa Novianti M Keb, dosen Akademi Kebidanan Widya Husada Nusantara (WHN) Malang menyebut hormon esterogen membawa potensi kanker.
Menurutnya, bahan utama pembentuk hormon esterogen ialah lemak. Oleh karenanya, mengatur pola makan merupakan hal yang penting untuk mengontrol asupan lemak dalam tubuh. “Hasil penelitian menyebutkan orang dengan obesitas berisiko tinggi terhadap kanker payudara. Hal ini karena tubuh orang obesitas banyak mengandung lemak,” ungkap dia.
Hormon esterogen, tambahnya, juga dapat meningkat pada perempuan yang tidak mempunyai keturunan. “Keadaan ini terjadi karena hormon esterogen akan terus mengalami peningkatan dan penumpukan. Sebaliknya, jika perempuan memiliki keturunan, maka ada hormon-hormon lain yang muncul dan menekan tumbuhnya calon sel abnormal yang tumbuh melalui esterogen,” jelasnya.
Dalam hal ini, Ahisa menyebut indeks masa tubuh merupakan hal yang penting diperhatikan. “Berat badan yang kurang pada perempuan, bisa menjadi salah satu faktor penyebab perempuan tidak cepat memiliki keturunan. Kalau tidak memiliki keturunan maka hormon esterogen akan meningkat, sehingga berisiko terhadap potensi tumbuhnya sel kanker,” jelasnya di depan puluhan peserta Pashmina di Masjid Miftahul Jannah, Jalan Gilimanuk, Malang.
Selain itu, kanker payudara juga berisiko pada perempuan yang melahirkan di usia lanjut dan terlambat menopause. “Kanker payudara merupakan penyumbang terbesar kematian wanita di dunia. Untuk itu, pencegahan sejak dini penting dilakukan. Ada dua cara untuk itu, yakni deteksi dini dan membentuk gaya hidup sehat ,” urainya.
Dia menyampaikan, deteksi dini bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan. “Misalnya dengan selalu mengecek apakah ada benjolan di ketiak dan payudara. Umumnya, kanker payudara dimulai dari adanya pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak,” urai Ahisa.
Meski begitu, terang dia, tak semua benjolan adalah sel kanker. Bila benjolan berbentuk bulat, keras, terasa sakit saat disentuh, dan saat digerakkan susah berpindah, maka itu adalah kanker. Sementara, jika benjolan ‘lari-lari’ saat disentuh dan licin seperti bola tenes, maka itu adalah tumor.
Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Lowokwaru Kota Malang, Sudar Indrawati menyebut, Pashmina merupakan program nyata NA untuk secara langsung terjun dan andil dalam mendidik dan membentuk remaja putri yang sehat. Sehat secara fisik dan mental merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan sebagai upaya membangun generasi emas calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa. “Perempuan harus sehat, tangguh, cerdas, dan memiliki akidah yang tokcer,” ujar Indra.
Sebagai komitmen meningkatkan pelayanan Pashmina yang lebih baik, pelayanan Pashmina di Kota Malang berhasil menjadi percontohan Pashmina di tingkat nasional.
Untuk itu, ujarnya, Pashmina Kota Malang berkesempatan hadir dan memberikan pelayanan pada pembukaan Pelatihan Paralegal Pimpinan Wilayah NA di Batu, Jumat (16/2/18) mendatang. (Isna)