PWMU.CO – Jangan menunggu alam ini rusak, baru muncul aksi heroik untuk menyelamatkannya. Karena sejatinya, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Semangat inilah yang menjadi motivasi MTs Muhammadiyah 1 (Matsamutu) Malang yang bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Usaha Strategis dan Advokasi Kelestarian Alam (Pusaka) mengadakan outing class “Studi Ekologi”, Selasa (09/1/18).
Pada hari sebelumnya, para siswa dibekali gambaran dan pemahaman di ruang kelas tentang studi yang akan dilakukan. Dari pembekalan ini rangsangan mengapa harus peduli dengan lingkungan disematkan.
Kegiatan ini melibatkan siswa-siswi kelas 7 MTs Muhammadiyah 1 Malang, yang didampingi Bambang Parianom dan guru-guru lain yang terlibat dalam materi edukasi ekologi, seperti Mashuri SPd (IPA), Abdul Rozak SPdI (Akidah-Akhlak), dan Djoko Triono SPd (IPS).
Bambang menjelaskan, ketiga pelajaran itu diintegrasikan untuk saling mendukung kegiatan. “Dari sudut pandang Akidah-Akhlak menyoroti bagaimana seyogyanya akhlak anak-anak terhadap lingkungan. Dari dari sudut pandang Geografi (IPS) anak-anak bisa mengamati langsung tentang sungai. Dan IPA yang menjadi kegiatan utama outing-class ini,” ujarnya.
Pada kegiatan ini para siswa diajak terjun langsung mengamati siklus air di hulu Sungai Brantas, tepatnya di Desa Punten, Kota Batu.
“Tidak hanya menyasar air sebagai objek utama, seluruh siswa turut mengamati ragam hayati yang berada di lokasi pengamatan. Mulai dari gangang air, capung, serangga air, dan berbagai komponen biotik dan abiotik diamati,” jelas Bambang. Selain observasi, tambah dia, siswa turut memunguti sampah-sampah anorganik untuk mengurangi pencemaran air.
“Agenda semacam ini dilakukan agar para siswa benar-benar bisa menyatu dengan alam, sehingga tumbuh kesadaran untuk menjaganya sebagaimana menjaga diri sendiri,” ujar Bambang.
Tidak cukup di desa Punten, obervasi dilanjutkan ke sumber air Binangun peninggalan Belanda di Desa Bumiaji. Di lokasi inilah para siswa dibuat tercengang melihat terowongan sepanjang 250 meter. Sebab meski dibangun pada zaman penjajahan hingga kini masih berdiri kokoh.
Sekitar 60 meter di atas terowongan terdapat tandon air yang luas. Melimpah ruah air di dalamnya. Darinya, air disalurkan melalui pipa-pipa untuk penduduk se-Malang Raya.
Bambang mengatakan, kegiatan dikemas sealami mungkin. Para siswa boleh bertanya apapun itu, sehingga terjadilah diskusi yang cukup menarik antar siswa dan pembina. Antusiasme siswa benar-benar hidup.
“Senang sekali sekolah mengadakan kegiatan ini. Saya jadi tahu banyak hal dan sadar untuk selalu menjaga lingkungan dengan baik demi masa depan,” aku Halwa Adelia, siswi Kelas VII C. (Muhammad Ali Burhan)