PWMU.CO – Akhir tahun 2015 hingga awal 2016, Indonesia digegerkan dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), organisasi yang telah difatwa sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ratusan pengikutnya yang ditemukan di kawasan belantara di Kalimantan pun juga dikembalikan ke daerah asalnya masing-masing. Tidak terkecuali Jawa Timur. Masalahnya, para mantan anggota Gafatar yang dipulangkan ini tidak mendapatkan bekal harta benda sama sekali. Sebaliknya, harta benda mereka yang tersisa disana pun harus mereka tinggalkan begitu saja.
(Baca juga: Melawan Terorisme dengan Keadaban)
Muhammadiyah, sebagaimana organisasi keagamaan mainstream dan sekaligus sebagai organisasi sosial kemasyarakatan tentu tidak bisa abai dengan persoalan ini. Karena itu, Muhammadiyah Surabaya melalui Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) memberi modal usaha kepada para eks pengikut Gafatar. Modal ini merupakan salah satu cara Muhammadiyah mengentaskan para eks Gafatar ini agar tidak lama-lama tinggal di pengungsian. Apalagi mereka sudah ditampung selama 4-bulanan.
(Baca juga: Kenapa Umat Islam Indonesia Tak Semuanya Muhammadiyah? Ternyata Inilah Penyebabnya)
“Sebagai langkah awal, modal yang bisa kami berikan memang baru kepada 7 kepala keluarga yang juga akan kami damping,” jelas Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, M. Arif AN SH. Mereka, tambah Arif AN akan selalu didampingi oleh tim dari Muhammadiyah agar bisa sukses menjalankan usaha. Bantuan modal untuk eks Gafatar ini juga akan diberikan Muhammadiyah dalam termin lainnya secara bertahap.
(Baca: Syafiq Gantikan Busyro pada Kajian Terorisme di Surabaya)
Secara simbolis, penyerahan modal usaha dari Muhammadiyah untuk eks Gafatar ini dilakukan dalam Pengajian “Pencerah” Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh PDM Kota Surabaya, (24/4). Ketua Pimpinan Pusat, Prof Syafiq A. Mughni dan Ketua PDM Kota Surabaya, DR Mahsun Djayadi, yang langsung menyerahkan bantuan tersebut. Selain dakwah kemanusiaan untuk eks Gafatar, Muhammadiyah juga melakukan pencerahan dan sekaligus mengajak mereka kembali ke jalan yang lurus.
“Kami mengajak mereka berdiskusi atau berdialog, sebagaimana dahulu Gafatar mengenalkan dan mempengaruhkan ajarannya kepada mereka,’” jelas Arif AN. Selain penyerahan modal usaha untuk eks Gafatar, dalam Pengajian itu juga dilakukan penyerahan bantuan 3 kursi roda untuk penyandang disabilitas. Bantuan yang merupakan “patungan” Lazismu dan Majelis Pemberdayaan Sosial (MPS) PDM Kota Surabaya ini diharapkan membuat penyandang disabilitas agar lebih mudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. (lazuardy arkoun)