PWMU.CO – Ribuan masalah datang menghadang/layaknya puluhan rumus matematika yang sangat mengekang/kuhitung banyaknya peluang/ dan asaku serasa melayang/semangatku goyah seperti pondasi jajaran genjang/tak bisa kutegakkan meskipun telah kucoba berulang-ulang …
Itulah salah satu potongan puisi dalam “Lomba Mengarang Puisi Matematika” yang diadakan Program Studi Matematika Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) dalam rangkaian acara Spectacular Math Event (SME) 2018.
Puisi berjudul Sebuah Proses Kehidupan karya Nur Mutiah Faridah yang berhasil meraih Juara III itu menggambarkan, bahwa matematika yang terkesan sulit dan ‘angker’ itu bisa menjadi bahasa sastrawi dan menghibur.
“Ternyata matematikan pun bisa dijadikan puisi, maknanya dalam dan indah” kata Diah Anggraeni, Mahasiswa Jurusan Matematika yang menjadi Panitia SME 2018.
Puisi karya siswa MAN I Gresik tersebut adalah salah satu dari sekian puisi dalam Lomba Mengarang Puisi Matematika yang digelar pada Ahad (11/2/18) lalu berbarengan dengan pembukaan SME 2018. Setelah itu, puisi-puisi yang berhasil menjadi nominasi dibaca dalam Lomba Membaca Puisi Matematika yang berlangsung, Ahad (18/2/18) kemarin.
Lomba membaca puisi diikuti siswa SD, SMP, dan SMA. “Alhamdulillah jumlah peserta lomba membaca puisi matematika tahun ini cukup banyak, yaitu 172 orang. Ini menunjukkan antusiasme siswa pada matematika. Semoga akan menambah jumlah calon mahasiswa baru di jurusan kami,” kata Syaiful Huda SPd MSi, Kepala Program Studi Matematika, setengah berpromosi.
Untuk tingkat SLTA, dari 86 peserta lomba membaca puisi matematika, keluarlah tiga pemenang,
Juara1 Nur Zumaisaroh (MA Muhammadiyah 3 Godok Lamongan) yang membaca “Puisi Guru Matematika”.
Juara 2 Intan Farihatul (MAN I Lamongan) yang membaca “Sebelum Berangkat ke Sekolah”.
Juara 3 Uswatun Hasanah (MAN I Gresik) yang membaca “Kerucut Payung Hitam”.
Dari 46 peserta lomba baca puisi tingkat SMP pemenangnya adalah
Juara 1 Alfat Dewangga Putra (SMPN 1 Gresik, membaca puisi Gejolak Determinan Matriks Ibu Pertiwi
Juara 2 Anisya Septia Andari.(SMPN 1 Lamongan, membaca puisi Sebelum Ke Berangkat Sekolah
Juara 3 Durratin Nashihah.(SMPM 25 Paciran), membaca puisi Sebelum Berangkat Ke Sekolah.
Dari 42 peserta lomba membaca puisi tingkat SD, pemenangnya adalah
Juara 1 Nur Wanda Khoirunnisa PU (SD Tompo Kersan 03) membaca puisi Barisan Geometri Penipu
Juara 2 Firliyan Ayu Maulidai (SD Tompo Kersan 03), membaca puisi Sujudku di Sepertiga Malamku
Juara 3 Kayyis Ramadhani N (SDM Manyar), membaca puisi Aku Abdimu
Adapun para juara Lomba Mengarang Puisi Matematika adalah:
Juara 1 M Ilham Kurniawan (SMPN 3 Mojokerto). Judul puisi “Doaku Menyibak Malam”.
Juara 2 Ilham Wahyu Hidayat (MTs Ma’arif NU Assa’adah I) Judul puisi “Sebelum Berangkat Ke Sekolah”
Juara 3 Nur Mutia Farida (MAN I Gresik), Judul puisi “Sebuah Proses Kehidupan”.
Puisi berjudul “Barisan Geometri Penipu” karya Ayu Azlina (SMPM 25 Pondok Modern Paciran) di bawah ini menarik untuk dikutip.
Kujejakan langkah menapak pada bumi yang berotasi.
Menyisir segi banyak bebatuan yang tajam.
Sesekali debu kotor jalanan menerpa kulit pusat oval wajahku.
Bersama lingkaran matahari hangat yang membakar kesusahanku.
Di sepanjang jalan aku disapa dengan integral kemunafikan.
Langkahku seirama dengan deret aritmatika pengkhiyanatan yang mereka tawarkan.
Aku merintih namun eksponen tak lagi peduli.
Aku menangis namun trigonometri tak lagi perhatian.
Bahkan teriakan yang hampir memutuskan koordinat pita suara pun tak lagi didengar oleh mereka.
Derajat kesakitanku menjadi hbiuran bagi mereka.
Inikah kemerdekaanku?
Inikah negeriku?
Negeri yang katanya serpihan surga, tapi mereka mematahkan kurva lengkung sayap-sayap malaikatnya.
Sudah terlalu dalam koordinat kesakitan itu mereka tanamkan.
Para barisan geometri penipu menjadi pimpinan.
Para barisan geometri pengkhianat menjadi pujaan.
Inilah negeriku.
Derita surga yang hanya menawarkan determinan air mata. (Agustine)