PWMU.CO-Setiap hendak berangkat sekolah, Neno yang waktu itu kelas satu SD selalu berdoa, ”Ya Allah, semoga Fulan, temanku itu, Engkau sayangi dan tidak nakal lagi. Aamiin.”
Kakeknya yang mendengar doa itu hanya tersenyum. Dianggapnya doa anak-anak yang polos dan mungkin tugas dari gurunya untuk saling mendoakan sesama teman. Ketika Neno naik kelas dua ternyata doa itu masih saja diucapkan ketika berangkat sekolah.
Hingga suatu malam dia bertanya kepada kakeknya. ”Kenapa ya Fulan itu masih nakal sama aku padahal aku berdoa kepada Allah agar dia disayangi dan tidak nakal?” Pertanyaan polos itu langsung menyentak hati kakek yang selama ini mengasuhnya. Apalagi disertai permintaan Neno ingin pindah sekolah.
Baca Juga: Mahasiswa KKN Ajari Cuci Tangan hingga Bersih dari Kuman
Lantas kakeknya bertanya,”Memang nakalnya Fulan seperti apa?”
”Dia kadang memukul, merebut bangku, atau minta uang,” jawab Neno.
Kakeknya segara sadar cucunya merasa tidak nyaman bersekolah. Dia sangat memahami sifat anak yang pendiam ini, suka mengalah, dan penakut. Jika tidak diselesaikan dia bisa mogok sekolah. Besok pagi saat mengantar Neno ke sekolah langsung menemui kepala SD mengutarakan keresahan cucunya itu.
Kepala sekolah sangat tanggap lalu memanggil walikelas mendiskusikan masalah ini. Disepakati untuk diselesaikan bersama sesama orangtua. Maka dipanggillah orangtua Fulan diberitahukan perkara ini. Bersyukur orangtuanya mengerti dan memahami perkara ini dan berjanji menasihati anaknya agar berteman dengan baik.
Beberapa hari waktu berjalan kakek Neno tidak mendengar lagi anak itu mendoakan temannya setiap berangkat sekolah. Saat ditanya kenapa tidak berdoa itu lagi, Neno langsung menyahut,”Temanku sudah tidak nakal lagi. Allah mengabulkan doaku.”
Sekarang Neno sudah kelas tiga. Dia aktif belajar dan mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan gembira. Sore tiap pulang sekolah, kakeknya mendapati rambutnya selalu basah.
Maka ditanyalah dia perihal rambut itu. ”Lho sebelum pulang kan shalat Ashar dulu, rambut basah karena air wudhu,” jawab Neno yang sekarang sangat menikmati bersekolah di SD Muhammadiyah 1 Tanggul atau disebut SD Muhita. Tidak terlontar lagi keinginan dia minta pindah sekolah.
”Saya bersyukur anak ini sekarang tidak mengeluh lagi. Malah banyak kegiatan bersama temannya di sekolah,” ujar kakeknya. Dia berterima kasih kepada kepala sekolah dan walikelas yang tanggap menyelesaikan keluhan siswa dan orangtuanya.
”Bagi orang lain masalah seperti itu mungkin dianggap kenakalan anak-anak biasa. Tapi untuk anak pendiam, masalah itu bisa menjadi serius jika tidak tahan perlakuan temannya karena tidak berani melawan,” tuturnya.
Dia menilai slogan SD Muhita yakni Unggul dalam Agama, Tangguh dalam Intelektual sesuai dalam praktiknya. Bukan slogan semata. (Shodiq)