PWMU.CO-Menjadi seorang dai bukan asal bisa ceramah. Sebab dia bukan hanya mempertanggungjawabkan amalannya sendiri namun juga bertanggung jawab dengan jamaah di belakangnya. Karena itu dai juga harus jadi teladan masyarakat.
Hal itu disampaikan oleh pembina Pondok Babussalam Socah Bangkalan Rik Suhadi di hadapan para santrinya dalam kajian tematik santri di Aula Pondok, Rabu (21/2/2018). Para santrinya adalah pelajar sekolah umum yang berminat menjadi tahfidh Alquran dan aktif di IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah).
Baca Juga: Waspadai Bom Waktu, Umat Islam Harus Jeli terhadap Generasi Zaman Ini
”Setiap kader persyarkatan adalah dai. Karena dia pelaku social engineering yang telah melewati marhalah bina’ atau fase awal pembinaan umat,” tutur Rik Suhadi yang juga pengurus Majelis Tabligh PDM Bangkalan.
Untuk menjadi kader umat yang luar biasa dan cerdas, tambah dia, kerjakan qiyamul lail seperti disebutkan dalam surat Muzammil. ”Qiyamul lail merupakan tolak ukur ketulusan ibadah seorang hamba kepada Rabbnya. Barulah kita mampu mengader dengan keimanan yang kuat,” katanya.
Kesuksesan dai membina umat bukan hanya mengajak atau memerintah, sambung dia, tapi memberi contoh. ”Rasulullah saat berdakwah selalu dengan mencontohkan dan sabar dalam membina sehingga para sahabat mengikuti karena suri teladan bukan retorika,” paparnya.
Rik Suhadi juga bercerita kepada para santrinya beberapa pemuda yang menjadi mujahid tangguh di sekitar nabi karena menegakkan qiyamul lail. Contohnya adalah Umar bin Khaththab orang yang pemberani, tegas, ternyata rajin tahajud. Utsman bin Affan pebinis yang kaya raya juga suka tahajud, Ali bin Abu Thalib, pemuda yang cerdas dan pemberani juga tak lepas dari tahajud.
”Mulai sekarang tiap malam, bangunlah! Tahajjudlah. Jika berat mulailah dengan tertib shalat Subuh tepat pada waktunya. Bagaimana kita menjadi pemuda yang hebat dan menjadi pemuda yang kuat jika shalat Subuh kita belum tertib. Mulailah hari ini, mulailah taat dengan tulus kepada Allah,” tandasnya memberi semangat. (Isrotul Sukma)