PWMU.CO-Ideologi, seperti halnya sejarah, ditulis oleh yang menang. Begitu kata Prof Dr Zainuddin Maliki, wakil ketua PWM Jatim saat menjadi pembicara dalam Focus Group Discussion Pancasila di Kantor PWM, Rabu (21/2/18).
Dalam forum itu Prof Zainuddin menyampaikan materi berjudul Ideologi Pancasila di Tengah Transisi Menuju Demokrasi. ”Mau Pancasila bertanggal lahir 18 Agustus atau 1 Juni, itu hak penguasa untuk menentukannya,” katanya.
Baca Juga: Nilai-Nilai Pancasila Hanya Diajarkan, Minim Keteladanan
Menurut dia, hakikat multikulturalisme yang menjadi bahan perbincangan luas dewasa ini adalah soal pemerataan. ”Selama ketimpangan masih tajam, toleransi hanya jadi pidato,” tegas Zainuddin yang pernah menjabat ketua Dewan Pendidikan Jatim.
Mantan rektor UMSurabaya itu, untuk melihat pemerataan bangsa Indonesia, harus diperhatikan gini ratio, yakni alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Saat ini, kata dia, gini ratio menurun dari 0,41 persen menjadi 0,39 persen. Meski begitu, angka tersebut masih tergolong lebar.
Soal pengamalan Pancasila, Zainuddin mengatakan, tidak perlu banyak dibahas, tetapi langsung diamalkan. Pendekatannya memakai autentic and deep learning. ”Contohlah Kiai Ahmad Dahlan. Beliau itu autentic learning. Tidak banyak bicara, tapi langsung diamalkan,” ujarnya.
Slogan-slogan seperti ”Aku Indonesia”, ”Aku Pancasila”, ”NKRI Harga Mati”, ”Kita Tidak Sama, tapi Kerja Sama” itu, menurut dia, jangan-jangan hanya simbol.
Di samping itu, hakikat toleransi yang sejati itu bukan ko-eksistensi yang dimaknai kamu ada, aku ada, dan tidak saling mengganggu. Melainkan harus pro-eksistensi yang artinya kita saling membantu dan peduli.
Prof Zainuddin juga mengecam slogan-slogan yang isinya menggunakan peningkatan daya saing. ”Itu teori Darwin,” ucapnya. Agar ketimpangan bisa diatasi, salah satunya mengubah pandangan itu. Dari peningkatan daya saing menjadi peningkatan daya sinergi. Orang lain tidak dianggap sebagai pesaing, melainkan menjadi mitra.
FGD Pancasila ditutup oleh Ketua PWM Jatim HM Saad Ibrahim. Dalam sambutan penutupannya, Saad mengatakan, Pancasila adalah jembatan untuk menghubungkan suatu bangsa. ”Indonesia negara hukum, bukan negara agama. Tapi, sumber hukum di atas hukum negara adalah agama,” tegasnya. (Achmad San)