PWMU.CO-Upacara apel Hizbul Wathan SMP Muhammadiyah 04 Tanggul yang biasa disebut SMP Muhata kali ini bernuansa beda, Jumat (23/2/2018). Pembina upacara, Lutfiatul Qomariyah SPd, wali kelas VIII A, yang menjadi pembina upacara berdiri di depan pasukan HW sambil menggendong bayinya.
Saat menerima laporan dari komandan upacara, bayi dalam boks gendongan warna merah itu turut mendengarkan dengan tenang. Begitu pun waktu Ibu Lutfi berteriak memberi komando, bayi itu tidak kaget dengan suara kerasnya.
Baca Juga: Pelatihan Berorganisasi Cukup Disampaikan lewat Praktik Belah Durian
Upacara berjalan lancar. Bayi itu seperti mengerti sehingga tidak rewel sampai upacara selesai. ”Di rumah, neneknya sakit, tidak ada yang menjaga, jadi saya bawa ke sekolah,” jelas Lutfi ketika ditanya kenapa hari itu membawa bayi.
”Hari ini (Jumat, Red) jadwal saya menjadi pembina. Biarlah saya menjadi pembina dengan menggendong bayi sekalian memberikan pembelajaran kepada anak-anak terutama siswa putri bahwa menjadi ibu tidak menghalangi untuk mengerjakan kewajiban lainnya, bisa melaksanakan aktivitas seperti biasa tanpa merasa kerepotan dengan kehadiran anak. Ibu itu harus tangguh,” tandasnya.
Dalam amanahnya, pembina upacara berpesan agar anak-anak tidak malas untuk meningkatkan pengetahuan. Cara paling efektif adalah dengan membaca. Lutfi menekankan agar kader-kader HW mempunyai hobi membaca kapan pun dan dimanapun. Sehingga ke depan kader HW mempunyai pengetahuan yang lebih dibanding lainnya.
Rangkaian kegiatan apel HW di SMP Muhata dimulai dengan memeriksa kerapian dan kelengkapan atribut. Setelah apel usai, masing-masing wali kelas memeriksa kuku. Siswa yang tidak lengkap, dikenai sanksi seperti membersihkan halaman depan dan toilet.
”Yang melanggar, siswanya ya itu-itu saja, sudah dihukum dengan berbagai cara, tapi kok ya tetap tidak bisa disiplin dalam berpakaian. Yang hilanglah, tertinggal dan lain- lain,” kata Khoirul Anwar, bagian sarana prasarana.
Suwandi, bagian kurikulum yang dikenal juga sebagai dai berseloroh, ”Itulah seninya menjadi guru, kalau semua baik dan disiplin, nanti grafiknya datar dan lurus. Gak ada naik turunnya. Gak asyik itu. Anak-anak seperti tadi jika bisa menjadi anak baik dan disiplin akan menjadi ladang pahala kita.” (Humaiyah)