PWMU.CO-Gerbang keberangkatan Terminal Dua Bandara Juanda dipenuhi siswa-siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA), guru dan orangtua murid, Sabtu, (24/02/2018) sore. Sejumlah 22 siswa-siswi, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan guru bertolak menuju Australia dalam acara Student Exchange Programm 2018.
“Tahun 2018 ini merupakan jadwal SMAMDA untuk mengunjungi sekolah partner di Australia,” ungkap Mas’ad Fachir M MT, fasilitator program internasional. “Berbeda dengan tahun 2017 lalu, tahun ini mengunjungi tidak hanya Goulbourn Valley Grammar School (GVGS) tetapi juga Lorne P-12 College. “Lokasi kedua sekolah itu di Victoria,” kata dia menambahkan.
Baca Juga: Nikmatnya Kue Gandasturi sambil Minum Wedang Pokak di SMAMDA
Kerjasama SMAMDA dengan dua sekolah Australia ini memang sangat intens. Tak mengherankan jika Konsul Jenderal Australia Chris Barnes berkunjung ke SMAMDA Desember 2017 lalu untuk konfirmasi persiapan acara ini.
Kunjungan ke GVGS dan Lorne P 12 College ini yang keempat kalinya. Seperti kunjungan lalu, kunjungan berlangsung selama sepuuh hari yaitu 24 Februari hingga 5 Maret 2018.
Dari tahun ke tahun jumlah peserta yang mengikuti seleksi bertambah. Seleksi tahun ini sekitar 80 siswa yang mendaftar tapi yang diterima hanya 22 siswa. Jadwal kunjungan dibagi 12 siswa ke sekolah Lorne P 12 College dan 10 siswa ke GVGS.
Siswa peserta pertukaran pelajar ini senang sekali berangkat ke Negeri Kanguru. Program ini sudah lama ditunggu. “Alhamdulillah, hari ini datang juga,” ujar Anissa Difa Tahnia XI MIPA 2. Ia mengaku sangat ingin ke Australia. Di sana, ia merasa tertantang untuk menguji kepercayaan dirinya berbicara bahasa Inggris. Apalagi nanti hanya dia seorang diri yang tinggal di rumah siswa partner. Ia juga ingin mempelajari kebudayaan Australia terutama di keluarga barunya.
Orangtua siswa juga senang program pertukaran pelajar ini. Seperti disampaikan SR Devy, ibu dari Fauzi Anwar XI MIPA 5. Menurutnya program ini sangat bermanfaat bagi siswa. Selain memberikan wawasan dan pengetahuan baru juga melatih kemandirian siswa. “Siswa yang mengikuti program ini akan termotivasi untuk berpikir tentang masa depannya,” ungkapnya.
Misalnya saja siswa akan berpikir untuk kuliah di luar negeri atau memilih jurusan pada studi lanjutan yang memungkinkan mereka untuk keliling dunia. Devy menjelaskan, hasil student exchange ini sudah dirasakan Fauzan, kakak Fauzi yang telah mengikuti program ini di tahun 2014. Untuk studi lanjutan ia memilih jurisan Hubungan Internasional. Ia suatu saat ingin kembali lagi mengunjungi Australia.
“Saya sangat mendukung program ini, program yang bisa memberikan pengalaman hidup tak terlupakan yang tidak ternilai dengan uang,” tandasnya. (Puspitorini)