PWMU.CO – Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan Tamam Choiruddin memberi warning soal penguasaan tanah di Lamongan.
“Waspadalah, tanah-tanah milik pribumi sudah berpindah tangan. Para pemodal sangat leluasa menguasai bumi ini dan Lamongan adalah salah satu target. Mereka yang merelahkan tanahnya ‘hilang’ karena berfikir praktis,” ujarnya dalam forum Pelatihan Peningkatan Kualitas Mubaligh Muhammadiyah, yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh PCM Brondong, Ahad, (25/2/18)
Dia menyampaikan keprihatinannya terhadap ketergesa-gesahan sebagian penduduk yang menjual tanahnya kepada tuan tanah.
“Mereka tidak berfikir jangka panjang. Kami kuatir 20-30 tahun yang akan datang kita akan menjadi tamu di tanah kelahiran,” kata Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat itu, di hadapan 231 peserta.
“Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah peradaban yang mayoritas intelektual harus menyikapi hal ini secara serius, agar anak cucu kelak tidak kehilangan identitas,” tegasnya.
Mantan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah ini berharap kepada cabang-cabang Muhammadiyah di Pantura Lamongan, terkhusus Brondong dan Paciran untuk merapatkan barisan mensikapi gejala ini, untuk merumuskan langkah dan strategi menghadapi industrialisasi yang terus menggelinding.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Pimpinan Muhammadiyah, kata pria yang tinggal di Babat ini, pertama, meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara memberikan spesifikasi keahlian kepada peserta didik. Materi ini dikenalkan mulai ditingkat dasar.
“Pendidikan ini yang akan menopang kekuatan intelektual di masa depan,” katanya. Kedua, Menghimpun permodalan. Cara ini ditempuh melalui penguatan Lazismu sebagai pilar Muhammadiyah di abad kedua. Para pemodal dan agniya’ diajak berkumpul merumuskan perekonomian untuk pemberdayaan umat.
Ketiga, lanjutnya, mendirikan pusat-pusat kursus ketrampilan. Langkah ini dilakukan untuk memberikan bekal keahlian kerja, khususnya bagi pelajar yang putus sekolah.
Keempat, meng-upgrade keimanan. Sehebat apapun manusia, setinggi apapun status sosialnya, bila tidak ditopang dengan iman yang kokoh dan ilmu yang memadai, pasti akan terlibas dengan arus globalisasi.
Mubaligh muda ini juga berpesan agar “PR” ini harus dipikir serius dan cepat karena terkait dengan hajat hidup peradaban manusia. “Dan Muhammadiyah termasuk di dalamnya,” ucapnya. (Mohamad Su’ud)