PWMU.CO-Aroma lilin batik yang dimasak memenuhi ruang membatik, Senin, (26/2/2018). Selepas shalat Dhuhur berjamaah siswa-siswi kelas XI MIPA 7 SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA) segera memasuki ruang itu mengikuti mata pelajaran membatik. Berbekal kain katun putih berukuran 50 x 50 cm yang telah bergambar, kegiatan mencanting pun dimulai.
Ada yang spesial pada kegiatan belajar mengajar kali ini. Franziska Bernlochner, guru dari Jerman ikut serta unjuk ketrampilannya menggoreskan canting.
Baca Juga: Siswa SMAMDA Menetap di Aussie Ikut Program Pertukaran Pelajar
“I would like to draw beautiful scenery for my batik painting,” ujar Franzi sambil tangannya cekatan mulai membuat goresan di atas kain.
“What picture is it?” tanya Anindya Desty, siswa kelas XI MIPA 7.
“Teluk Asmara in the South Malang,” jawab Exchange Participant dari AIESEC ini.
“Wow, that’s great!,” imbuh Anindya.
Gambar selesai, siap untuk dicanting. Setelah mendapat arahan dari Didit Rowandi SPd, guru seni, para siswa dan Franzi mulai mencanting.
“Franzi, you have to make the line thicker so it will appear on the other side of the cloth,” terang Didit.
Franzi mengangguk dan menebali hasil cantingnya yang kurang tebal.
Dalam proses pencantingan, lilin batik harus menembus sisi baliknya kain. Hal ini untuk melindungi warna yang diinginkan pada saat kain dicelup warna.
“Oh my God, I am not patient enough to do this,” seloroh Franzi yang membuat siswi di sebelahnya tertawa.
Franzi memang ingin belajar mencanting, untuk pencelupan dan pelorodan hanya melihat prosesnya saja pada pertemuan berikutnya. Ia ingin membawa pulang hasil karyanya untuk kenang-kenangan.
Pelajaran membatik di SMAMDA diberikan di kelas XI. Untuk teori yang diajarkan terkait materi macam-macam batik, motif batik, dan sejarah batik Indonesia. Sedangkan praktik, siswa diminta membuat desain motif tradisional dan modern baik di buku gambar maupun di kain. Di buku gambar, gambar yang telah selesai harus diwarnai.
“Setelah gambar pada kain selesai dilanjutkan proses pencantingan,” terang Didit.
“Dalam proses ini dibutuhkan ketelatenan dan ketekunan. Jika tidak sabar, batik tidak bisa jadi sempurna,” imbuhnya.
Tak berhenti pada pencantingan, proses selanjutnya adalah pencelupan dengan larutan pewarna napthol. Pemilihan naptol disesuaikan denga warna yang kita inginkan. Tahap terakhir adalah pelorodan yaitu menghilangkan lilin batik yang menempel pada kain dengan cara direbus dengan air mendidih plus soda ash. (Puspitorini)