PWMU.CO-Untuk meraih mimpi besar harus dengan usaha besar pula. Inilah yang dilakukan Aurellia Vania Winanda. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik ini bahkan rela belajar sepuluh jam demi meraih apa yang dia impikan sejak lama. Latihan dan sparring dengan grandmaster maupun dengan rekan adalah variasi menu yang harus dia lahap setiap hari.
Siswa yang mengidolakan Irene Karisma, Women Grandmaster Indonesia, sangat bersemangat dalam meraih prestasi demi mewujudkan mimpinya. Beberapa event sebelum mengikuti Seleksi Daerah Cabang Catur PON 2020 di Papua pun diikuti dengan antusias dan semangat.
Baca juga: Siswa SMPM 12 GKB Kali Ini Juara Catur Kelas Utama
Terakhir, cewek yang memiliki hobi membaca novel ini menyabet juara II Catur Chi League yang diselenggarakan di Surabaya. Dia harus melalui tahapan permainan sampai kelima dengan total peserta 68.
”Permainan sangat ketat, karena semua atlet Jawa Timur ikut dan semua memiliki tujuan yang sama yaitu juara,” ujar cewek yang memulai menyukai catur sejak di bangku kelas IV. ”Prinsipku adalah bermain terbaik dan mempraktikkan semua strategi pelatih saat latihan,” tambahnya.
Dalam mempersiapkan seleksi keempat PON 2020 pada pertengahan Maret nanti, cewek yang bercita-cita jadi dokter ini pun mempersiapkan dengan matang. Latihan dan gemblengan pelatih terus dilakukan. Yang paling dekat, pada awal bulan Maret ini dia harus mengikuti turnamen di Madiun.
”Mohon doanya semoga dalam turnamen tersebut bisa meraih prestasi,” harapnya. ”Selain itu, pada seleksi keempat nanti bisa meraih 5 besar sehingga bisa mewakili Jawa Timur dalam ajang PON 2020.”
Ajang superberat telah menanti di pertengahan Maret. Bagi siswa yang menyukai warna merah ini, latihan dan sparring intensif dilakukan dengan intensitas tinggi. Maklum, dari 10 atlet nanti Cuma diambil tujuh orang yang berhak mendapatkan tiket di ajang tahunan yang akan dilaksanakan di Papua.
”Saingan terberat adalah atlet dari Jember,” paparnya singkat. ”Selain itu, Surabaya juga menyebar ancaman sehingga aku harus bisa menyiapkan diri dengan baik,” tambahnya.
PON baginya adalah kado terindah. Untuk bisa meraih tiket tersebut dia harus membagi waktu, antara latihan dan belajar. ”Ketika meninggalkan sekolah, risiko yang harus dilakukan adalah mengejar belajar. Alhamdulillah, beberapa materi mapel sudah saya pelajari sampai akhir semester dengan bimbingan guru privat.” (Ichwan Arif)