PWMU.CO – Tasyakuran pernikahan Prasetyo Utomo—karyawan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta—dengan gadis pujaannya: Hendriyana Rahmawati, ini tergolong unik. Betapa tidak? Jika pada umumnya tasyakuran atau resepsi pernikahan dilakukan di rumah mempelai atau di gedung. Tapi yang ini digelar di sekolah. Ya, di Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Ahad (25/2/18).
Keunikan kedua, acara yang diberi label “Pengajian Tasyakuran Pernikahan Prasetyo Utomo & Hendriyana Rahmawati” itu menampilkan dua penceramah sekaligus, yaitu Ki Agung Sudarwanto SSn MSn dan Ustadz Dwi Jatmiko SPdI. Salah satu penceramah tersebut, menggunakan tembang-tembang Jawa untuk menyampaikan pesan kebajikannnya.
Ketiga, ada penampilan musik oleh tim Yuliarto Wiku Prabowo Entertainment, dengan lagu-lagu lawas Koes Plus yang dinyanyikan Slamet Widodo dan lagu-lagu “Nike Ardila”oleh Ani.
Dalam kesempatan itu, Ki Agung Sudarwanto melantuntan tiga tembang macapat Asmaradana yaitu Banyu Langit, Layang Kangen, dan Yen ing Tawang Ana Lintang.
“Gegaraning wong akrami/dudu bandha dudu rupa/amung ati pawitane/luput pisan kena pisan/yen gampang luwih gampang/yen angel, angel, kelangkung/tan kena tinumbas arta,” kidung Ki Agung Sudarwanto dalam Yen ing Tawang Ana Lintang.
Artinya, “Modal orang membangun rumah tangga/bukan harta bukan rupa/hanya hati bekalnya/gagal sekali, berhasil juga sekali/jika mudah maka terasa sangat mudah/jika susah maka terasa sangat susah/tidak bisa dibeli dengan uang.”
Kepada PWMU.CO, Senin (26/2/18) Ki Agung Sudarwanto menjelaskan, agar pesan yang disampaikan menarik dan sampai kepada audiens, maka perlu disampaikan lewat lagu atau tembang Jawa yang dilantunkan secara apik. “Juga dibumbui humor sehingga lebih komunikatif dan mengena,” katanya.
Sementara itu Ustadz Dwi Jatmiko menguraikan tentang hakikat pernikahan dalam Islam. “Menikah dalam Islam, berarti menyempurnakan separoh dari agamanya,” ujarnya. Menikah, tambahnya, juga penuh dengan nilai-nilai religi. “Bagaimana tidak, sesuatu yang awalnya diharamkan, berubah hukum menjadi sesuatu berpahala dan menjadi ibadah.”
Dia memaparkan, pernikahan dalam Islam disebut dengan mitsaqan ghalizha, yaitu ikatan yang sangat kuat. “Ikatan ini bukan hanya dengan manusia, tapi dengan Allah,” terangnya.
Tak lupa Jatmiko juga menjelaskan tentang makna keluarga sakinah. “Orang yang memiliki sakan (rumah) dan mempunyai istri, intinya telah memiliki tempat kembali (sakanah), itu merasa nyaman. Di situlah dia nanti akan mencintai keluarganya. Kalau sudah sakinah (tenang) hubungan suami-istri itu akan baik. Jika berumah tangga tujuannya adalah untuk ibadah, pasti anak keturunan yang akan dilahirkan akan saleh, dan menjadi generasi rabbani yang berkemajuan,” terangnya.
Tayskuran ini dihadiri 160 tamu undangan. Tampak Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Sri Sayekti SPd MPd bersama suami, mantan Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Muzaini Sag SPdSD MM, dan Kepala SD Muhammadiyah 8 Jagalan Parimin Tejo Pramono SPd MPd. (DJ)