PWMU.CO-Dulu KH Ahmad Dahlan bersekolah dan belajar di luar negeri untuk berdakwah di dalam negeri. Saat ini belajar di dalam negeri maka berpikir juga untuk berdakwah di luar negeri.
Itulah yang menjadi inspirasi Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid saat menjadi narasumber di seminar internasional di Yalla Rachabhat University Thailand, Sabtu (3/3/2018).
Seminar internasional dengan tema Peran Muhammadiyah dalam Pembangunan Masyarakat Islam di Asean dan Internasional ini diikuti oleh kalangan mahasiswa, perwakilan Muhammadiyah dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
“Maka saat inilah waktu yang tepat kami dari Indonesia siap berdakwah ke luar negeri, salah satunya ke Thailand ini,” ujarnya dihadapan ratusan peserta seminar.
Dia menjelaskan, meski sebelumnya sempat ada pernyataan peringatan atau ancaman keamanan dari atase militer Thailand di Jakarta, karena posisi Thailand sisi selatan ini sedang konflik, tapi kami tetap berangkat ke sini.
“Hati-hati di daerah tersebut adalah daerah konflik dan banyak tentara berjaga-jaga dan bersenjata lengkap,” ujarnya sambil menirukan isi pesan singkat yang diterimanya saat akan berangkat.
Kisah ini, kata dia, mirip dengan kisah yang dialami oleh KH Ahmad Dahlan dahulu saat berkunjung di daerah sisi timur pulau Jawa, yaitu di Banyuwangi.
“Saat itu dakwah Islam KH Ahmad Dahlan ditentang oleh masyarakat Banyuwangi karena dianggap ajaran sesat, tapi KH Ahmad Dahlan terus berdakwah. Dan akhirnya bisa juga diterima oleh kalangan masyarakat Banyuwangi,” kisahnya.
Selanjutnya Nadjib memaparkan model dakwah yang bisa dijadikan acuan dan bisa menjadi inspirasi gerakan dakwah Islam dan Muhammadiyah di Thailand. “Model dakwah tersebut pertama adalah Peduli dan solutif sesuai kisah yang terdapat dalam Quran surat Al-Maun,” tuturnya.
“Kemudian istiqomah dan pantang menyerah, seperti saat kisah uzlah ke Losari dan pengajian di Solo”, lanjutnya. “Mencerahkan dan visioner, sesuai kisahnya saat meluruskan kiblat dan dicap kiai murtad,” tambahnya.
Praksis, aplikatif, dan ikhlas, sambung Nadjib, seperti kisah awalnya pendirian amal usaha yang harus melelang perabot rumahnya. “Berani tapi toleran, seperti kisahnya saat berdakwah di Banyuwangi,” tambahnya.
Kemudian terakhir yaitu dialogis dan memberikan keteladanan. Dikisahkan saat pertemuannya dengan KH Mas Mansyur untuk mendiskusikan pergerakan Islam, serta saat KH Ahmad Dahlan ketinggalan kereta api di Sumberpucung Malang. (Izzudin)