PWMU.CO – Muslim itu berkarakter dan karakter muslim itu selamanya baik. Pernyataan itu disampaikan Ustadz Muhammad Arifin MAg dalam Pengajian Keluarga Ahad Pagi di Masjid Darussalam Muhammadiyah Tuban, Ahad (4/3/18).
Kajian rutin tiap Ahad pagi ini selalu dipadati masyarakat di sekitar Tuban, baik dari kalangan bawah sampai atas.
Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur tersebut menjelaskan, seorang muslim akan bisa mengambil manfaat hidup jika mempunyai lima karakter ini.
Pertama, meninggalkan perbuatan sia-sia. Ustadz Arifin—begitu ia biasa disapa—menyitir hadits riwayat Tirmidzi, di antara baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak memberinya manfaat.
Kedua, manfaatkan waktu secara optimal untuk tercapainya tujuan dan harapan. Dalam hal ini Ustadz Arifin mengingatkan, waktu itu bagaikan pedang. Jika waktu tidak dikuasai, lanjutnya, maka ia akan “menyabit leher” kita, dan kita akan terjun ke lembah kerugian.
“Karena itu, kuasai waktu, manfaatkan untuk hal positif, dan tanamkan bahwa kita akan meraup keberhasilan dengan tidak menyisakan waktu luang,” tegasnya.
Ia juga mengutip hadits riwayat Bukhari, jika kamu sedang berada di pagi hari, janganlah kamu menunggu sore hari. Jika kamu sedang berada di sore hari, janganlah kamu menunggu pagi hari. Ambillah (beramallah) dari sehatmu untuk (bekal) sakitmu dan dari hidupmu untuk matimu.
Ketiga, profesional dalam beramal. “Rasulullah mewanti-wanti, jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, tunggulah kehancurannya,” pesannya kepada jamaah.
Menurutnya, kehancuran tersebut bisa datang kapan saja andaikata kita lengah dengan sikap profesional di setiap amal. “Nah, munculnya Lazismu di Muhammadiyah ini adalah bagian dari upaya mewujudkan profesional dalam beramal,” tuturnya.
Sambil mengutip Alquran surat Alzalzalah ayat 7 dan 8, Ustadz Arifin menegaskan siapa saja yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah (molekul terkecil) pun, ia akan melihat ganjarannya (surga) dan siapa saja yang mengerjakan amal kejelekan sebesar dzarrah pun, ia akan melihat ganjarannya (neraka).
Keempat, sikap hati-hati. Ustadz Arifin menceritakan kisah Umar bin Khattab yang bertanya kepada sekretaris wahyu Rasulullah Ubay bin Ka’ab tentang arti takwa.
“Saat itu Ubay bertanya apa yang akan dilakukan Umar ketika menyusuri jalan yang penuh duri dan kerikil tajam. Umar menjawab, ia menyingsingkan celana, lalu melihat tempat yang akan diinjak dan melangkah selangkah-selangkah karena takut tertusuk duri. Ubay lalu menegaskan itulah takwa,” paparnya.
Kelima, jujur dalam berbicara dan beramal. “Sikap jujur akan membawa kita menuju al-birr (kebaikan) dan kebaikan akan membawa kita menuju al-jannah (surga),” jelasnya mengingatkan jamaah.
Ustadz Arifin juga mengajak jamaah khususnya yang laki-laki untuk berlaku jujur dan tetap memilih kejujuran supaya tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. (AK)