PWMU.CO – Beragam ekspresi dan teriakan histeris mewarnai ruang kelas di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah (MTsM) 6 Banyutengah Panceng, Gresik, Senin-Selasa (26-27/2/18) lalu. Di ruangan tersebut sedang berlangsung imunisasi vaksin difteri oleh petugas Puskesmas Banyutengah.
Semua siswa kelas 7, 8, dan 9 bergantian menunggu giliran suntik vaksin. Beberapa dari mereka ada yang teriak ketika disuntik, ada yang sembunyi, bahkan sampai kejar-kejaran karena takut atau trauma dengan jarum suntik.
Adit Santoso, siswa kelas 7 mengaku takut karena merasa sakit sesaat setelah disuntik. Demikian juga Eka Satria yang trauma karena pernah demam setelah disuntik. “Disuntik itu rasanya sakit dan selang sehari biasanya ada saja efeknya, seperti demam atau lainnya,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Slamet Raharjo, siswa kelas 7 yang tidak mau disuntik bukan karena takut, tapi memang tidak diijinkan orangtuanya.
Kepala MTs Muhammadiyah 6 Banyutengah Anshori SThI bersyukur karena hampir 98 persen siswanya sudah suntik vaksin difteri, meski ada beberapa siswa yang mungkin sengaja tidak masuk sekolah karena takut atau trauma.
“Saya pikir pelaksanaan vaksinasi ini sangat penting, dikarenakan virus rubella dan difteri akhir-akhir ini mulai merebak dan cukup mengkhawatirkan, sehingga perlu ada vaksinasi agar generasi mendatang lebih sehat,” jelasnya.
Selain itu, Anshori juga menjelaskan, pelaksanaan vaksinasi yang berlangsung dua hari tersebut karena banyaknya jumlah siswa yang divaksinasi di perguruan Muhammadiyah Banyutengah, mulai Kelompok Bermain, TK, MI, Mts, dan MA.
Melihat antusias siswa yang mayoritas mau mengikuti kegiatan ini, salah satu petugas Puskesmas Panceng Ida Sa’diyah SPOK berterima kasih atas kerjasama dan penerimaan yang baik, meskipun ada beberapa anak yang belum bisa mengikuti karena takut atau sebab lainnya.
“Tidak apa-apa, memang vaksinasi tidak untuk dipaksa-paksa, sebab jika secara psikologis anak tidak siap, malah nanti berefek kurang baik,” ujarnya, Rabu (8/3/18).
Menyikapi kejadian masih adanya siswa yang trauma atau orangtua yang tidak mengijinkan, ia mengatakan perlunya mengintensifkan kembali sosialisasi pentingnya vaksinasi secara persuasif pada anak. “Sehingga mereka mengerti bahwa vaksinasi itu demi kebaikan mereka sendiri dan tidak dengan terpaksa divaksinasi,” tuturnya.
Vaksin yuk! (AK)