PWMU.CO – Sebagai upaya pendampingan dan pemberdayaan difabel berbasis panti dan non panti, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Ponorogo menyelenggarakan Pelatihan Keterampilan Membatik. Kegiatan ini digelar di Rumah Kasih Sayang Desa Krebet Kecamatan Jambon Kandutan Ponorogo, Jumat (09/02/2018).
Sepuluh peserta difabel dan 15 pendamping atau relawan mengikuti pelatihan ini. Sepuluh peserta difabel yang ikut adalah penyandang disabilitas yang dinyatakan paling cepat dalam melakukan dan mengembangkan keterampilan.
Tampak anak-anak difabel antusias mengikuti pelatihan membatik. Karena ini pertama kalinya mereka belajar membatik. Pada pelatihan-pelatihan sebelumnya mereka diajarkan keterampilan rajut, membuat pincuk dari anyaman, kemoceng dari tali rafia, keset, dan beberapa keterampilan lainnya.
Ada satu peserta produktif yang akrab dipanggil Ocha. Bagaimana tidak, gadis tuna wicara ini bisa memproduksi 20 tas rajut dalam satu bulan.
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Ponorogo, Titi Listiorini mengungkapkan bahwa diadakannya pelatihan ini berawal dari banyaknya penyandang disabilitas di Ponorogo.
Selain itu, menurut Listiorini penyandang disabilitas yang masih sekolah, setelah lulus dikhawatirkan akan kesulitan mencari pekerjaan. “Sehingga, kami ingin meringankan beban keluarga disabilitas dengan memberikan keterampilan yang mempunyai nilai jual tinggi,” tuturnya.
Listiorini menambahkan bahwa dipilihnya keterampilan membatik karena batik memiliki nilai jual tinggi. “Kita memilih keterampilan membatik dengan harapan bisa berdaya secara ekonomi dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri,” jelasnya.
Pelatihan membatik untuk penyandang disabilitas ini terselenggara berkat kerjasama PDA Ponorogo, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ponorogo, Lazismu, dan Rumah Kasih Sayang Jambon Kandutan Ponorogo.
Ketua Rumah Kasih sayang, Zaenuri berharap akan semakin banyak pihak yang peduli terhadap penyandang disabilitas. “Kaum difabel harus dilindungi. Dilindungi dari pembiaran, dari diskriminasi, dari eksploitasi, dan harus diberdayakan. Jadi, pemberdayaan itu adalah salah satu dari perlindungan mereka,” tegas Zaenuri. (vera)