PWMU.CO-Begitu kreatifnya siswa kelas V Al Wahhab SD Muhammadiyah 8 Surabaya ini. Mereka membuat alat peraga sendiri untuk pelajaran siklus air. Bahan-bahannya terbuat dari bahan bekas pakai.
Begitu murojaah selesai, Jumat (9/3/2018) murid-murid langsung minta pembuatan alat peraga dimulai. “Ayo Bu, sekarang aja mulai membuat siklus airnya,” pinta Abiyyu dengan suara lantang. Teman-temannya mengiyakan.
“Baiklah, Kita bisa mulai sekarang,” sahut Bu Siti Jumaliah,guru kelas V Al Wahhab. “Ayo, keluarkan semua alat dan bahan yang diperlukan! Apa semuanya sudah lengkap?” tanyanya.
“Siap, Bu! “jawab para siswa serempak.
Mulailah anak-anak membuat model siklus air sesuai kelompok masing-masing. Satu kelompok membuat dalam bentuk madding dua dimensi, tiga kelompok membuat dalam bentuk tiga dimensi dan dua kelompok membuat lukisan timbul.
Bahan yang digunakan untuk membuat mading antara lain kertas karton, kertas HVS warna-warni, lem, kapas, krayon, spidol, gunting. Bahan yang digunakan untuk membuat lukisan timbul maupun tiga dimensi hampir sama yaitu triplek/papan ukuran 60 cm x 50 cm, koran bekas, lem, cat air. Untuk dimensi tiga ditambah dengan tusuk sate, gabus, dan kapas.
Pembuatan mading caranya paling mudah. Kertas karton digambari pola siklus air. Kertas HVS warna-warni digunting membentuk pola dengan warna yang disesuaikan. Pola-pola tersebut ditempel menggunakan lem di kertas karton sesuai gambar. Agar bervariasi, untuk awan digunakan kapas.
Sedangkan lukisan timbul dan tiga dimensi, langkah pertama koran direndam, diperas dan dihaluskan. Selanjutnya bubur koran dicampur lem, dan ditempelkan di triplek sesuai pola.
Untuk yang tiga dimensi, ditambah dengan gabus yang dipola dan ditusuk dengan tusuk sate dan ditancapkan pada bubur koran yang ditempel pada triplek. Setelah kering, dilakukan pengecatan sesuai warna aslinya.
Pembuatan model siklus air ini berkaitan dengan pembelajaran Manusia dan Lingkungannya. Dengan membuat model siklus air, diharapkan siswa semakin memahami materi pelajaran mengenai proses terjadinya siklus air beserta faktor-faktor yang memengaruhinya.
“Jangan lupa menambahkan tanaman!”kata Bu Siti mengingatkan. “Lho harus kah, Bu?” tanya salah seorang siswa.
“Ayo, siapa yang bisa menjawab?” Bu Siti balik bertanya.
“Seharusnya ada, karena akar tanaman dapat menahan air sehingga dapat meresap ke dalam tanah dan juga dapat mencegah terjadinya banjir,” jawab Abiyyu pelan. “Bagus,” sahut Bu Siti sambil tersenyum.
Semua siswa kembali sibuk dengan pekerjaannya. Suasana hening itu tiba-tiba pecah. “Ternyata kalau dilihat dari sini, keren juga ya kerjaan kita,” ujar Fajar dengan bangga. (Lia)