PWMU.CO – Ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap mubaligh Muhammadiyah dalam berdakwah, yaitu materi dakwah dan kaifiyah dakwah.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Nadjib Hamid menyatakan hal itu, di hadapan peserta Diklat Mubaligh Muda Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik, di Agro Mulia Pasuruan (10/3/18).
“Terkait materi dakwah, yang disampaikan harus benar dan sesuai paham agama menurut Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan, yaitu Islam yang cocok dengan syariatnya serta sesuai dengan perkembangan zamannya,” tuturnya.
Nadjib menengarai tidak sedikit mubaligh yang dalam berdakwah hanya berkutat pada masalah-masalah ibadah mahdlah, padahal banyak persoalan sosial keagamaan yang lebih menarik.
Lebih parah lagi, jika mubalighnya tidak bisa memilah-milah mana yang ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah. Sehingga gampang membid’ahkan semua hal yang dianggap tidak ada contoh pada zaman nabi.
“Atau kerap mengibadah-mahdlahkan hal-hal yang sebenarnya bukan ibadah mahdlah,” ungkapnya seraya menjelaskan paham Islam menurut Muhammadiyah.
Sedangkan terkait kaifiyah dakwah, itu berhubungan dengan aspek metode dan manajerial. “Meski materinya benar, jika cara penyampaiannya salah bisa berakibat fatal,” tegasnya.
Termasuk dalam hal kaifiyah adalah masalah manajerial. “Dakwah yang bagus harus dikelola dengan manajemen yang bagus pula, tidak boleh asal-asalan, supaya tetap menarik dan mengundang banyak peminat,” pesannya.
Para peserta pun antusias mengikuti acara hingga selesai. Bukan hanya pasif, mereka pun mengungkapkan problem-problem yang dihadapi mubaligh muda. Seperti lemahnya dukungan dari pasangan hidup (suami atau istri), yang berbeda ‘ideologi’.
“Tantangan dakwah sering datang dari pasangan hidupnya yang beda ‘ideologi’. Lalu bagaimana cara mencari pasangan seideologi supaya mendukung kegiatan dakwah kita?” tanya Mufidatul, peserta dari Duduksampean, Gresik.
“Oh, gampang! Carilah jodoh dari peserta diklat ini,” jawab Nadjib disambut tepuk tangan gemuruh dari para peserta. “Daripada kader-kader muda potensial ini diambil orang lain, lebih baik diambil sendiri dengan fasilitasi oleh Majelis Tabligh berfungsi sebagai biro jodohnya,” pesan Nadjib.
Diklat yang berlangsung selama dua hari (10-11/3), dan diikuti 100 peserta terdiri atas 63 pria dan 37 wanita utusan dari 19 Pimpinan Cabang Muhammadiyah/Aisysiyah se-Kabupaten Gresik ini dikoordinasikan Majelis Tabligh PDM Gresik.
“Mereka kami siapkan untuk menjadi mubaligh yang siap menjadi penerus dakwah Islam berkemajuan, dan diterjunkan ke desa-desa,” ujar Ketua Majelis Tabligh, Anas Thohir.
Ketua PDM Gresik Taufiqullah Ahmadi mengapresiasi langkah yang dilakukan Majelis Tabligh ini. “Ini langkah strategis sebagai upaya penyiapan proses regenerasi mubaligh untuk mengantisipasi perkembangan zaman yang tantangannya sangat luar biasa kompleksnya.”
Turut hadir sebagai narasumber, Wakil Ketua PWM Jatim Moh. Sulthon Amien; Ketua Majelis Tarjih PWM Jatim Dr Nurhakim; Ketua PDM Gresik Taufiqullah Ahmadi MPdI; Musyafak, dan Muchtar Buchori. (Septa)