PWMU.CO – Pada akhir zaman, bakal muncul banyak perpecahan dan keburukan yang membawa manusia pada kerugian besar. Banyak manusia menjadi cinta dunia dan takut mati.
Hal itu ditegaskan Habib Abdurrahman bin Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dari Kota Tarim, Yaman, dalam Mudzakarah Dai Se-Karesidenan Malang Raya yang digelar di Studio UB TV, Sabtu (17/3/2018), mulai pukul 08.00 hingga 12.30 WIB.
“Kita harus bersatu. Tidak ada waktu lagi untuk meributkan hal-hal kecil yang bersifat furu’. Jangan berhenti pada dakwah yang bersifat menganjurkan seperti ini, tapi cepatlah bergerak. Berilah pertolongan pada mereka yang lemah dan membutuhkan. Jangan sampai kita tidak melakukan apa-apa,” kata Habib Abdurrahman bin Ali Masyhur yang didampingi penerjemah Habib Salim Al Athos dari Malaysia.
Mudzakarah yang mengusung tema “Dakwah Wasathiyah Upaya Membangun Sinergi Umat Indonesia yang Berkeadaban” ini adalah acara rutin yang diselenggarakan Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Acara ini merupakan putaran ke-11 yang dilaksanakan di Kota Malang, di mana MUI Kota Malang ditunjuk sebagai penyelenggaranya.
Mudzakarah dihadiri jajaran pimpinan dua organisasi besar, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Juga hadir perwakilan dari Al Irsyad. Mereka berasal dari Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabuaten Lumajang.
Habib Abdurrahman mengaku memberi apresiasi positif terhadap kegiatan keagamaan ini. Apalagi selama kegiatan berlangsung khidmat, penuh khazanah keilmuan, dan dihadiri banyak orang.
Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah MUI Jawa Timur KH Ahmad Fauzi menyampaikan hal senada. Kata dia, jangan sampai umat Islam yang jumlahnya ratusan juta ini terpecah belah.
“Jadilah umat wasathiyah. Tidak ekstrim kanan, tidak ekstrim kiri. Tidak radikal dan juga tidak liberal,” tegasnya.
Menurut dia, tujuan dakwah wasathiyah ini adalah upaya membangun sinergi umat. “Dakwah wasathiyah itu saling menghormati, tidak saling menjatuhkan, apalagi mengafir-kafirkan,” tutur dia. (jihan mawaddah)