PWMU.CO – Dakwah media elektronik lewat radio masih sangat diminati oleh masyarakat. Karena itu, Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur menyasar pada segmen ini untuk melakukan pencerahan pada umat. Untuk menyampaikan pesan Islam Berkemajuan sebagai pondasi Indonesia Berkemajuan, Aisyiyah menerjunkan mubalighat-mubalighatnya.
Salah satu yang digarap adalah Radio Republik Indonesia (RRI)dalam Program “Hikmah Fajar”. Disiarkan pada setiap Kamis pukul 05.00 – 05.30 wib, nada dakwah dari para muballighat Aisyiyah akan mengudara menyapa pemirsa. Terbaru (21/3), 4 muballighat dari PD Aisyiyah Gresik menjalani rekaman untuk acara yang mengudara di di gelombang FM.99, 2 MHz FM. Keempatnya adalah Drs Khoiriyah, Hj Nurfadlilah, Ning Munasihah SAg, dan Mas’udah.
Dengan tema “Manfaat Pemberian ASI selama dua tahun”, Khoiriyah menyampaikan bahwa ASI sangat berperan dalam mencerdaskan anak. “Anak yang mendapat asupan ASI lebih cerdas dari pada yang mendapatkan susu formula,” jelasnya.
Selain itu, tambah Khoiriyah, ASI juga bisa menghindarkan banyak penyakit anak. ASI juga menjadi ASI adalah makanan terlengkap dengan porsi seimbang untuk bayi pada usia 6 bulan pertama. “ASI juga menjadi bukti kasih sayang ibu pada anak, dan mencegah alergi pada anak,” terangnya sambil menyatakan bahwa ASI sangat membantu perkembangan motorik anak sehingga bisa cepat berjalan.
Sementara Nurfadlilah yang membawakan tema Melindungi anak Yatim, menyampaikan bahwa berbuat baik kepada anak yatim merupakan akhlak mulia sebagaimana yang disinggung oleh QS al-Baqarah ayat177. Salah satu penyebab seseorang masuk neraka adalah memakan harta anak (QS an-Nisa’: 2).
“Dalam salah satu sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan Imam Bukhari, Islam menegaskan bahwa mengasuh atau menyantuni anak yatim akan menjadi teman dekat Rasulullah di surga,” terang Nurfadlilah. Karena itu, sebagaimana disinggung dalam surat adh-Dhuha: 9 dan al-Ma’un 1-2, Islam melarang umat Islam untuk menghinakan dan menyakiti anak yatim.
Adapun inti ceramah dari Ning Munasihah, terkait dengan kiat-kiat mengobati amarah jika telah bergejolak. Tips yang pertama adalah membaca kalimat ta’awudz (a’udzu billahi minasyaithanirrajimm) dan segera beristighfar serta berdzikir. “Hendaknya diam, tidak mengumbar amarah,” jelasnya.
Tips yang tidak kalah serunya juga diungkap oleh Munasihah saat seseorang sedang marah. “Segera rubahlah posisi. Jika dalam posisi berdiri saat marah, maka duduklah. Jika dalam posisi duduk saat marah, maka berbaringlah,” terangnya. Tips lainnya adalah segera berwudhu, mengingat dampak dari marah, dan tentu saja ingatlah berbagai keutamaan orang-orang yang dapat menahan amarah
Muballighat Mas’udah yang mebawakan tema Tidak Ada Keistimewaan di Bulan Rajab mengingatkan pentingnya umat Islam menempatkan Rajab dalam posisi yang sebenarnya. “Meyakini bulan Rajab adalah salah satu bulan haram (disucikan) oleh Allah dan ini ada dalam al-Quran,” jelasnya.
Umat Islam memang dianjurkan untuk meningkatkan ibadah. Seperti menggalakkan puasa senin-kamis, puasa Dawud, puasa yaumul bidh (13, 14, dan 15 bulan Hijriyyah), meningkatkan shalat-shalat sunnah, memperbaiki hubungan yang kurang harmonis, menghindari pertengkaran dan lain-lain.
“Tanpa menetapkan jumlah hari tertentu, jumlah raka’at tertentu dengan cara-cara tertentu, dengan pahala tertentu pula,” tegas Mas’udah sambil menyatakan bahwa “ketentuan-ketentuan” hari dan pahala itu memang tidak punya dalil yang bisa dijadikan hujjah atau pegangan. Sementara dalam urusan ibadah, kaidah yang berlaku adalah harus ada dasar dalilnya. (nurfadlilah)