Dua Benua
Mesir dijuluki sebagai pusat peradaban dunia pertama (Ummuddunya). Mesir adalah bangsa yang besar. Negeri yang dialiri dengan keelokan Sungai Nil-nya itu menyimpan banyak sejarah dan peradaban kuno umat manusia.
Beragam julukan disematkan pada negeri ini; Negeri Seribu Menara, Negeri Para Nabi, Negeri Kinanah, Negeri Fir’aun, Negeri Musa. Mesir juga banyak terdapat jejak-jejak sejarah peninggalan masa lalu; Piramida dan Sphinx, Benteng Shalahuddin, Masjid Jami’ Ath-Thuluni, Masjid Jami’ Al-Azhar dengan kampusnya yang sangat terkenal.
Mesir pusatnya orang-orang pandai. Kata Mesir (Misr) adalah suatu nama yang diambil dari nama seseorang keturunan nabi Nuh as. tepatnya cicitnya Nabi Nuh as. maka nama ini terus di abadikan menjadi sebuah nama negara.
Kisah Fir’aun diabadikan di dalam al-Qur’an. Fir’aun sangat melampaui batas sebab mengaku sebagai Tuhan. Dia kemudian ditenggelamkan Allah di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan kaum Bani Israel. Pada zaman raja raja Mesir sebelum Fir’aun , Mesir sudah memiliki kebudayaan tinggi. Dibangunnya Pyramid yang cukup tinggi sebagai tempat pemakaman raja raja tempo dulu, salah satu bukti budaya Mesir kuno yang masih tetap dapat dinikmati hingga saat ini. Mesir mampu menguasai teknologi canggih.
Dalam Al -Qur’an nama Mesir disebut dengan jelas sebanyak lima kali. Satu di antaranya firman Allah:
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman”( 10:87 ).
Salah seorang yang merasa gembira sebagaimana tertulis dalam ayat tersebut adalah saya. Awal bulan Maret 2018 lalu, saya berada di Mesir. Negara ini unik karena sebagian wilayahnya berada di benua Afrika, dan sebagian lagi melintasi benua Asia.
Menurut catatan geografis dan kultural, Mesir terletak di Timur laut Benua Afrika, berpautan langsung dengan Benua Asia tepatnya di wilayah Sinai. 90 persen wilayah Mesir berada di benua Afrika dan kurang dari 10 persen sisanya adalah Semenanjung Sinai yang berada di benua Asia.
Dua benua itu sekaligus dapat dinikmati ketika melintasi sebuah terowongan di bawah Terusan Suez. Terowongan ini dinamakan, Ahmad Hamdi. Ketika mencermati Mesir, kata seorang teman, juga harus dilihat persentase antara muslim dengan nonmuslim dan sejarah pergulatan Islam militan dengan kalangan sekuler.
Kawan saya menulis pesan melalui WhatsApp, “Sampean jangan gumun lihat kasino 24 jam dan tari perut. Orang Mesir juga gumun pertama ke Jakarta. Mayoritas islam lha kok gini Indonesia…”
Hehehe…boleh juga pendapatnya.
Saya memang menulis di Instagram di Hotel Hilton Taba, Mesir ada kasino dan musik dengan penyanyi berkostum cekak. Eh, pagi hari sewaktu sarapan kasino itu masih tertulis open. Buka 24 jam, rupanya…
Mesir mengalami berbagai masa. Mulai dari masa Fir’aun, Yunani, Islam, penjajahan Inggris, dan Prancis. Pada masa Islam sendiri, Mesir mengalami masa Syi’ah, Suny, Fathimiyahh, Ayyubiah, Mamaluk, dan seterusnya. Kondisi tersebut mempengaruhinya hingga beberapa abad terakhir.
Dunia Internasional mengenalnya sebagai salah satu pusat keilmuan Islam yang tetap eksis dan unik. Berbagai macam aliran pemikiran mendapatkan tempat untuk berkembang, dan pada gilirannya melahirkan ulama-ulama, intelektual serta cendikiawan yang bervariasi.
Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir dikenal sebagai universitas tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun juga di seluruh dunia. Al-Azhar tadinya sebuah masjid. Kemudian berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Ahzar di ambil dari Al-Zahra, nama putri Nabi Muhammad SAW Fatimah Al Zahra, dan istri Ali Ibn Abi Thalib.
Bubaran shalat Jumat di Masjid Al_Azhar (2/3/2018) polisi bersenjata lengkap bertebaran di kompleks itu. Banyak juga petugas berpakaian preman juga berjaga-jaga. Tetapi di dalam masjid kejadian sebaliknya, seorang jamaah Indonesia rombongan ziarah asal Bandung, kehilangan tas berisi paspor dan uang ketika sedang melaksanakan shalat Jumat.
Secara politik situasi keamanan di Mesir saat ini tidak menentu. Beberapa kendaraan lapis baja bersiaga di mana saja. Perjalanan menuju tempat hiburan Alexanderia selalu ada tank warna cokelat parkir di tepi jalan.
Menurut Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia (UI) Abdul Muta’ali ada perubahan drastis terhadap adagium Mesir antara dulu dengan saat ini. Dulu, Mesir adalah Ikhwanul Muslimin (IM), Mesir adalah Al-Azhar. Sekarang berubah: Mesir adalah Sekularisme, Mesir adalah Militer dan Mesir adalah Israel (republika.co.id).
Belakangan ini foto Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi menghiasi poster dan spanduk yang ada di sudut-sudut Kota Kairo. Boleh dibilang mendominasi karena hampir tidak ditemukan poster pesaingnya. Jangan-jangan Sisi itu calon tunggal?
Apa pun yang sedang terjadi, sejarah Mesir terus mengalir….(*)