PWMU.CO-Ramah dan blak-blakan. Begitulah sosok Supeno SPd MM. Pria yang menjabat ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ngawi ini, selalu bicara tanpa tedheng aling bila ditanya soal problem keumatan. Terlebih masalah perkembangan dunia politik, kurun waktu terakhir.
Bagi Supeno, kondisi perpolitikan di Tanah Air tidak akan mengalami perubahan bila tidak ada aktor-aktor yang kapabel dan berintegritas. “Makanya, saya sangat berharap mudah-mudah ada yang masuk dunia politik demi Muhammadiyah,” katanya.
Hal itu disampaikan Supeno saat menjamu Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur beserta Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Nugraha Hadi Kusuma di kediamannya, Jalan KH Ahmad Dahlan V/1, Ngawi, Sabtu (24/3/2018) malam.
Supeno mengaku senang dan terhormat bisa berdiskusi dengan para aktivis Muhammadiyah. Pasalnya, politisi Partai Amanah Nasional (PAN) tersebut memang dibesarkan dari rahim Muhammadiyah. Sepak terjang di dunia politik banyak ditopang dari pengalaman dan berorganisasi di Muhammadiyah.
Supeno sebelumnya guru SMAM Ngawi. Ia lantas direkom Pimpinan Muhammadiyah Ngawi untuk maju dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Ngawi periode 2009-2014. Saat itu, Supeno menjabat ketua Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Ngawi. Pada pemilihan anggota legislatif periode 2014-2019, Supeno terpilih lagi dan kini menjabat ketua Komisi III DPRD Kabupaten Ngawi.
Meski telah menduduki posisi strategis di pemerintahan, Supeno dikenal ramah terhadap siapa pun. Seperti saat menjamu para aktivis Muhammadiyah, ia menyambut akrab dan penuh persaudaraan.
Supeno juga tak pernah rikuh menyajikan hidangan kepada tamunya. “Biar saya aja yang menyiapkan, kalian tamu saya,” ucap Supeno saat bertemu aktivis IPM dan Nugraha Hadi Kusuma.
Dalam pandangan Supeno, sekarang sudah waktunya para pelaku politik menekan cost atau biaya berpolitik. “Jangan terlalu mengumbar, kita harus berpolitik dengan biaya minimal. Kalau di atas angka tiga itu sudah tidak rasional,” jelasnya.
Menurut pria tiga anak ini, berdasarkan survei jumlah pemilih, mereka yang memilih bukan karena uang hanya sekitar 20 persen. Sisanya, 80 persen memilih karena uang.
“Nah, seperti ini tidak boleh dibiarkan. Para politisi yang berbasis keumatan seperti kita ini harus bisa mengubahnya. Kalau setiap pemilihan itu high cost, lama-lama negara benar-benar akan hancur,” tegas Supeno.
Supeno mengatakan dalam berpolitik ATM itu penting. “ATM itu amati, tiru, mobilisasi dari kelompok yang lain. Makanya sangat penting belajar hal-hal yang baik dari lawan,” imbuh dia.
Suami Yuniati itu berpesan pada semua pimpinan IPM agar serius mengurus IPM dan siap ke dunia politik. “Jangan sampai aktivis IPM apolitik,” cetus Supeno.
Dia juga mengungkapakan, jadi politisi yang memiliki background organisasi sangat menguntungkan di dunia politik. “Beda dengan mereka yang tidak pernah berorganisasi, retorika saja mereka tidak bisa. Dan itu banyak sekali. Tapi mereka tetap terima gaji utuh,” beber Supeno, lalu disambut tawa.
“Saya sampaikan itu berulang kali karena dengan duduk di dewan kami bisa menentukan kebijakan pro umat, terutama untuk Muhammadiyah” ujarnya. (uzlifah)