
Ekspor Stroberi dan Zaitun
Ketika mampir ke Kota Jericho awal kami singgah sebelum menuju Jerusalem, saya menyaksikan seorang petani berada di ladang kebun tengah menggembala domba. Saat ini produk susu memang sedang melimpah.
Tepat di atas petani itu terdapat fasilitas wisata kereta gantung di atas gunung. Namanya Gunung atau Jabal Gorontol. Konon ada cerita Nabi Isa a.s. pernah berkholwat atau merenung di gunung ini selama 40 hari lamanya dalam rangka membersihkan hati dari godaan setan.
Keberkahan bumi Palestina sebagaimana Firman Tuhan semakin nyata dengan berlimpahnya panen seperti sayur mayur maupun buah-buahan. Demikianlah Allah menganugerahkan tanah Palestina subur dan berkelimpahan rezeki, meski Israel tak henti-hentinya menteror rakyat Palestina.
Kondisi negara Palestina boleh kacau balau akibat konflik berkepanjangan, tetapi sektor pertaniannya berkembang lebih baik. Dengan teknologi pertanian secara turun temurun petani Paletina berhasil memaksimalkan potensi lahannya. Sekalipun diblokade selama berahun-tahun, tetapi buah dan sayur bisa tumbuh subur. Produk pertanian, khususnya stroberinya bahkan bisa menembus benua Eropa.
Pertanian di Palestina merupakan andalan perekonomian masyarakat di sana. Secara formal 13,4 persen dan secara informal 90 persen penduduknya bekerja pada sektor pertanian. (Sumber: Agriculture in Palestine-2012)
Selain buah dan sayur, minyak zaitun juga sukses menembus pasar dunia. Peziarah asal Indonesia paling suka membawa oleh-oleh minyak zaitun. Minyak zaitun Palestina dikenal bermutu tinggi.
Menurut catatan, lahan pertaniannya 183.000 hektar sebagian besar digunakan untuk produksi zaitun (olive). Pendapatan dari produk zaitun menghasilkan ekspor yang lebih banyak dibanding komoditas pertanian lainnya.

Negara satu ini punya nama besar dan sejarah panjang sebagai titik persimpangan berbagai agama, budaya, perdagangan, bahkan politik.
Agama dan budaya, sebagaimana saya lihat di sekitar kompleks Baitul Maqdis, memberikan gambaran jelas. Orang-orang Kristen Ortodok terbiasa mengucapkan kata; Assalamu’alaikum atau Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin seolah menjadi bahasa bersama. Mereka melafalkan kata Alloh untuk menyebut Tuhan.
Selain pertanian, ada perdagangan dan jasa pariwisata. Perdagangan ritel, sekalipun jam buka tidak sampai larut malam, mewarnai kehidupan sehari-hari. Sementara itu kendaraan dari Korea Selatan mendominasi mobil taksi dan persewaan bis yang bergerak melayani jasa pariwisata. Mata uang Sakel menjadi alat pembayaran dan transaksi di Palestina. Di luar itu mereka masih mau menerima dolar.
Bersyukur rombongan kami mendapat izin tinggal di Palestina selama tiga hari dua malam. Di luar kebiasaan. Menurut informasi, paling lama hanya boleh dua hari saja. Seluruh akses untuk berkunjung ke wilayah Palestina berada di tangan Israel. Pembatasan perjalanan pun terserah atas kehendak Israel. Otoritas Israel kerap beralibi atas sikapnya tersebut dengan bermacam alasan bahwa mereka tidak ingin kecolongan.
Tiada henti menyertai setiap berdoa semoga para sahabat, handai taulan, dan keluarga saya bisa mendatangi Al Aqsa dan menjelajahi Bumi Palestina. (*)