PWMU.CO–Man preposses but god desposses (Manusia merencanakan, tetapi Allah-lah yang menentukan). Kalimat ini sepertinya tepat untuk guru SMP Muhammadiyah 4 Tanggul (Muhata) Humaiyah. Bagaimana tidak, dua hari lalu sebelum pemberangkatan ibadah umroh, Humaiyah sudah berpamitan dengan rekan-rekan guru sekolah dan semua siswanya. Namun ternyata,jadwal keeberangkatan dibatalkan karena visa belum turun.
“Padahal, saya sudah berpamitan dengan mereka semua,” aku Humaiyah dengan tegas meski tidak jadi berangkat ibadah umrah.
Sewaktu berpamitan, cerita Humaiyah, semua menyangka dirinya benar-benar berangkat ibadah umrah. Satu persatu menyalami, sambil cipika cipiki. Ada haru yang dan mendoakan. “Semoga lancar ibadahnya Bu Hum (Humaiyah, Red). Doakan kami ya,” pinta mereka.
Komaria, siswi kelas VIIIA yang mengalami kesulitan membaca Al Quran malah secara khusus datang menghampiri sambil tersenyum. ”Bu, kalau di depan ka’bah, doakan saya bisa mengaji ya,” pinta Komaria.
Humaiyah yang merasa haru melihat siswanya kemudian mendekap dan menciumnya. Tak lama kemudian, juga datang siswa lainnya, Abdul Ghofur juga datang menghampiri dirinya. “Doakan kelas 9 ya, Bu, agar lancar dan sukses Ujian Nasional (UN)-nya,” kata Abdul Ghofur.
Semua kebutuhan sudah disiapkan. Sesuai jadwal, pemberangkatan dilakukan pada 27 Maret 2018 dari Masjid Jami Tanggul. Sambil membereskan segala sesuatunya, ternyata sekitar pukul 14.00 WIB, ada pesan di group whatsapp. “Mohon maaf, visa yang turun baru 25 orang. Pemberangkatan tanggal 29/3/2018 kumpul di Masjid Jami ba’da Isya,” isi pesan di group whatsapp Humaiyah.
Kontan Humaiyah kaget. Tanpa menunggu aba-aba, langsung membaca daftar jamaah yang visanya turun. Dibaca berulang kali dari atas ke bawah, begitu juga sebaliknya. Dari 25 nama yang tertera dalam daftar tersebut ternyata tidak ada nama Humaiyah. “Bukan saat yang tepat menurut Allah untuk berangkat ke tanah suci sekarang. Tidak boleh kecewa. Manusia hanya membuat rencana akan tetapi Allah sebaik-baik pembuat rencana,” ucap dalam hati Humaiyah meghibur.
Malam harinya, handphone berbunyi berulang kali. Saat dibuka, banyak wa masuk menanyakan kabar dan semuanya. “Bu Hum,sudah sampai Arab kah?” tanya Geanika, siswi kelas 8 A.
“Bu Hum, sekarang ada dimana?”tanya Ari Ratno, siswa kelas 9.
“Bu Hum, doakan mama jadi PNS ya, soalnya mama pengen sekali jadi guru PNS,” bunyi WA Naflah,siswa kelas 7A.
Humaiyah membalas satu persatu dan menjelaskan kenapa pemberangkatannya ditunda. “Oh…. saya kira sudah sampai Mekkah Bu Hum,” balas Ari. Humaiyah hanya tersenyum sambil membayangkan wajah Ari yang kebingungan.
Pagi ini juga, setelah drama penantian keberangkatan tertunda, Humaiyah kembali ke sekolah. Menunggu info visa sambil mendidik kader ummat dan anak bangsa. Untuk saat ini beribadah lewat sekolah lebih utama daripada pergi ke Mekkah. “Hikmahnya , Allah masih memberikan pilihan untuk mengajar dan mendidik siswa–siswi tercinta,” kata dia.( Humaiyah)