PWMU.CO – Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak merupakan karunia dari Allah SWT.
Keluarga dalam Islam mempunyai arti yang tidak kecil. Keluarga merupakan bagian kesatuan terbawah yang melandasi tegaknya sebuah jamaah di dalam Islam. Keluarga-keluarga yang baik dan solid akan mengokohkan suatu jama’ah, dan apabila keluarga-keluarga itu buruk dan rusak, akan bisa memperlemah kondisi jamaah dalam Islam secara keseluruhan.
“Berkumpulnya sebuah keluarga adalah salah satu karunia nikmat yang besar dari Allah SWT, karena tanpa keluarga, yang terdiri dari ayah ibu, anak, mumgkin sebuah mahligai rumah tangga terasa sepi nan hampa. Dan siapa saja yang telah menikah, kemudian oleh Allah diberi amanah untuk mengasuh putra putri nya, maka semakin komplit status rumah tangganya. Separo dari agamanya telah dilengkapi,” demikian kata Ustadz Rifki bin Ja’far bin Abdullah bin Thalib, dalam kajian rutin Rabu malam yang digelar di Masjid PCM Badas, Jalan HOS Cokroaminoto Desa Bringin, Kec Badas, Kabupaten Kediri, Rabu (28/03/2018).
Menurut Da’i muda asal Kesambon Malang ini, proses terbentuknya keluarga berawal dari ijab qabul, dan setelahnya apa yang mereka kerjakan banyak mengandung pahala.” Seorang suami yang menafkahi keluarga merupakan sedekah terbesar, lebih besar dibanding sedekah kepada fakir miskin. Dan memori orang yang berkeluarga itu terus akan terbawa hingga akhirat. ” tambahnya.
Menurut Ustadz Rifki, ada tiga tipe keluarga menurut Al Quran:
Pertama: Keluarga yang hanya bertemu di dunia namun tidak di akhirat. Kalau pun mereka bertemu ia akan menjauh darinya. inilah tipe keluarga kafir. Orang kafir berkata ketika di hadapan Allah :”yaa Allah ambilah salah satu, ayah, ibu, anak, atau isteriku, masukkanlah ke neraka, yang penting saya selamat. Ini bisa tertulis dalam Al Quran, surat Abasa 34 – 38, Allah berfirman:” Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari isteri dan anak anak nya, setiap orang memiliki urusan yang menyibukkan nya.”.
Kedua: Yaitu keluarga yang bertemu di dunia namun bermusuhan saat di akhirat. Tanda-tanda nya didunia saling menyayangi namun di akhirat, yang terjadi sebaliknya, saling melempar tanggung jawab, saling menuduh. Menurut Ustadz Rifki hal ini bisa terjadi akibat di dunia tidak pernah ber amar makruf nahi mungkar terhadap keluarganya. Sehingga mereka bertengkar. Berbeda sekali orang yang mau beramar makruf nahi mungkar, keluarganya adalah keluarga bertakwa.
Ketiga: Adalah keluarga yang selalu berkumpul baik di dunia maupun di akhirat, bahkan berkumpul hingga di surga. Tipe keluarga semacam ini semasa di dunia saling mengajak yang makruf dan tak bosan memgajak berhenti dari kemungkaran, atas dasar takut hanya kepada Allah. Ini diabadikan dalam Al Quran surat At Tur ayat 21 : “Dan orang-orang beriman, beserta anak cucu mereka yang beriman pula, kami pertemukan mereka dengan anak cucunya dalam surga, tanpa dikurangi sedikitpun pahala amal kebaikannya, setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya “.
Ustadz Rifki menambahkan selain di Al Quran ada satu tambahan lagi tentang tipe keluarga menurut Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Tipe keempat itu: Ada keluarga yang bersatu di dunia hingga akhirat dan ketika diakhirat mereka saling memberi syafaat.
Indikatornya tipe keluarga ini memiliki deposito pahala yang mengalir terus menerus dari keluarga mereka. bahkan terdapat seorang anak yang telah dibukakan pintu surga di hadapannya, tapi si anak belum mau masuk, sehingga terjadilah dialog. “Kenapa kau tidak masuk hai fulan?, pintu surga telah aku bukakan untukmu, anak itu memjawab, aku tak akan masuk tanpa ayahku”. demikian tipe keluarga yang saling memberikan safaat di akhirat.(dahlansae pare)