PWMU.CO – Bagi Farhan Farros, ketela rambat adalah makanan yang unik. Dalam usia 11-an tahun, siswa kelas 5-D SD Muhammadiyah 4 Pucang-Surabaya (Mudipat) ini baru pertama kalinya makan telo. Makanan tradisional itu masuk ke perutnya saat mengikuti Hizbul Wathan (HW) Camp di Agro Mulia, Pasuruan, (29-31/3).
Siswa kelahiran Lampung ini sangat menikmati sensasi rasa gethuk yang dimakanya. Bahkan ia paling banyak menghabiskan, hasil kreasi dari bahan telo tersebut dibanding dengan teman-temanya dalam satu regu. “Enak, baru pertama kali aku tahu rasanya makan telo. Apalagi ditambah coklat, meses sama keju seperti yang aku makan. Mamaku tidak pernah masak kayak gini,” ungkapnya senang.
Berbeda dengan hampir sebagian besar siswa kelas 5 SD Mudipat yang lain, rata-rata mereka sudah pernah merasakan makan telo tersebut. Mereka ada yang suka, ada juga yang tidak suka. Bahkan jika disuruh untuk memilih makan pizza atau telo, hampir semuanya menjawab untuk memilih makan pizza.
Karena itulah dalam HW Camp kali ini, seluruh siswa-siswi kelas 5 diberi materi membuat dan menyajikan gethuk dari bahan telo. Materi ini adalah bagian dari materi life skill tentang memasak dengan tungku kayu dan kukusan. Bahan yang dimasak adalah telo. Setelah itu masing-masing siswa yang terbagi menjadi 28 regu diberi tugas untuk membuat dan menyajikan gethuk dari bahan tersebut.
Siswa hanya ditunjukkan memasak dengan tungku. Sedangkan praktek memasak dilakukan oleh pembina. Setelah itu pembina membagi beberapa potong telo kepada masing-masing regu untuk dijadikan gethuk. Mereka boleh mengkreasikan gethuk dengan berbagai bentuk yang disukai. Juga boleh menambahkan toping, seperti keju, coklat atau meses. Pembina akan memilih kreasi gethuk yang terbaik penyajianya dari masing-masing pleton. Dimana masing-masing pleton terdiri dari 4 regu.
Penanggung jawab materi HW Camp, Ummu Sulaim mengatakan bahwa materi life skill ini diberikan sebagai bekal hidup bagi anak-anak di kehidupan nyata. “Tujuan utama dari materi life skill ini adalah untuk memberi bekal hidup bagi siswa di kehidupan nyata, tanggap menghadapi persoalan serta peka terhadap lingkungan sekitar,” jelasnya.
“Kami juga ingin menunjukkan bahwa makanan tradisional jika dikreasikan akan menjadi makanan yang lezat dan tentu lebih sehat. Sehingga anak-anak tertarik untuk menikmatinya. Apalagi sekarang eranya makanan cepat saji yang cenderung lebih mereka suka,” tambahnya lagi.
Selain materi tentang memasak dengan tungku dan kukusan serta membuat kreasi gethuk telo, juga ada materi life skill yang lain. Yaitu daur ulang kertas menjadi hiasan tempelan kulkas, pemanfaatan barang bekas di sekitar dan bivak. Tidak lupa terdapat juga materi pengomposan dan menyambung tanaman yang langsung dipandu dari tim Agro Mulia, tempat HW Camp berlangsung. (Azizah)
Discussion about this post