Sri Fatmawati PhD, dosen Departemen Kimia ITS, mampu mengajak mahasiswa untuk mengkaji bersama kandungan tanaman dan bahan obat herbal alami yang telah tersiratkan di ayat-ayat al-Qur’an.
Menurut dia, al-Qur’an merupakan sumber utama dari semua pengetahuan dalam kehidupan. “Namun untuk dapat menikmati pengetahuan tersebut, setiap ayat al-Quran perlu dikaji dan diteliti berdasarkan kajian ilmiah berbasis laboratorium,” katanya.
Dosen yang karib disapa Fatma ini, bersama mahasiswanya juga mendirikan kelompok belajar sains dan Islam “Chemistry Islamic Club” di Departemen Kimia ITS. Di mana dengan adanya program ini, ia mampu menjadikan mahasiswa lebih mencintai dan metadabburi isi al-Qur’an terutama tentang kimia bahan alam dan obat-obatan.
Berbicara mengenai riset, Fatma tak tanggung-tanggung untuk menyertakan data pendukung sebagai bukti yang kuat seperti buku dan jurnal ilmiah. Salah satu pembahasannya mengenai madu. Dikatakan dalam Al-Quran surah An-Nahl ayat 69 bahwa minuman yang keluar dari perut lebah (madu) terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Jurnal-jurnal ilmiah yang pernah diaksesnya dari situs science direct juga berkata demikian, bahwa terdapat banyak kandungan senyawa di dalam madu yang manfaatnya begitu luar biasa, seperti enzim diastase yang berguna untuk mencegah dan menetralisasi bakteri merugikan yang terdapat di dalam tubuh manusia.
Selain madu, siwak, dan jintan hitam pun turut dibahasnya. Kedua obat-obat herbal tersebut dikaji dan memang benar, terdapat manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Habbatussauda mengandung senyawa kimia utama yang bernama thymoquinone serta asam lemak tak jenuh yang berperan sebagai antioksidan dan siwak yang mengandung senyawa kimia tanin dan siningirin yang berperan baik dalam pencegah karies gigi.
Target besar yang diharapkan Fatma dalam program yang didirikan bersama mahasiswa ini adalah mampu menghasilkan sebuah buku tiap semesternya sebagai bentuk publikasi dari hasil studi kajian.
Di akhir wawancara, Fatma menceritakan pengalamannya bahwa pada saat ia berkunjung ke Mekkah, Madinah, Riyadh, Jeddah dan kota-kota lain di Jazirah Arab, biasanya ia mencari buku mengenai kimia bahan alam obat-obatan dan kaitannya dengan al-Qur’an.
“Dari beberapa buku yang saya beli, buku tersebut belum mencerminkan kajian ilmiah atau scientific evidences (bukti-bukti saintik) dari obat alami yang tersirat di al-Qur’an. Dari sinilah saya bertekad untuk mengintegrasikan jurnal ilmiah yang terkait sebagai kajian ilmiah dari obat alami yang tersirat dalam al-Qur’an,” ungkapnya. (zainal arifin)