PWMU.CO – Bagaimanapun, mendirikan sekolah di desa memang tidak gampang. Tak semudah membalik telapak tangan. Itu pula, kira-kira, yang dialami oleh jajaran Pimpinan Cabang Watulimo, Trenggalek, dalam mengelola perguruan Muhammadiyah-nya.
Ya, di Watulimo, sebuah kecamatan nun jauh di selatan Kabupaten Trenggalek, telah lama berdiri kompleks sekolah Muhammadiyah. Mulai TK ABA, MI, MTs, MA, dan SMA. Tepatnya di Kauman, Desa Gemaharjo.
Dari waktu ke waktu, masing-masing lembaga punya inovasi untuk menjaring calon murid, minimal dari satu kecamatan. Madrasah Tsanawiyah (MTs) salah satunya. Beberapa hari lalu, PWMU.CO berkesempatan mengunjungi sekolah itu dan bertemu dengan kepala sekolahnya, Drs Warjito MPd.
Dari situlah, Warjito menceritakan program baru yang sebenarnya juga sudah dilakukan sekolah-sekolah Muhammadiyah pada umumnya. Muhammadiyah Boarding School atau biasa karib disebut MBS.
”Anak yang sekolah di Muhammadiyah output-nya tidak jauh beda dengan sekolah biasa, Mas. Pengaruh lingkungan itu sangat kuat. Karena itulah harus ada terobosan lain. Kami rasa mendirikan MBS bisa jadi solusi,” kata pria yang juga menjabat ketua Cabang Muhammadiyah Watulimo itu menyampaikan alasannya, Sabtu (31/3/2018).
Salah satu tujuan orang tua menyekolahkan di sekolah yang punya basis agama adalah supaya sang buah hati mampu memiliki karakter yang baik, akhlakul karimah. Kalau kemudian hasilnya tidak jauh beda dengan sekolah lainnya, negeri misalnya, buat apa sekolah di Muhammadiyah. Begitulah kira-kira kegelisahan yang ditangkap oleh Warjito beserta jajarannya.
Pihak sekolah pun memulai bergerilya tahun 2017. Pernah bertamu ke UMM dengan menemui Prof Tobroni, guru besar FAI. Berdasar analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, treatment), Prof Tobroni menyarankan lokasi MBS kelak harus dipindah. Artinya, lokasinya tidak sekompleks dengan perguruan Muhammadiyah di lokasi tadi. Sejak saat itulah, dengan berbagai bantuan yang ada, pihak MTs mulai mencari lahan.
Kini, lahan itu sudah tersedia. Luasnya 6 hektare. Bahkan masjidnya sudah dibangun duluan. ”Karena pondok itu ikonnya dari masjid, maka masjidnya dibangun dulu,” jelas bapak dengan dua anak itu.
Apa alasan lain dari rencana dibuatnya MBS? Warjito menuturkan, berkaca dari MBS-MBS yang sudah ada di Trenggalek, dirinya membaca bahwa program itu berhasil. ”Di Trenggalek ini sudah ada tiga MBS yang lebih dulu lahir. MBS 1 Trenggalek, MBS 2 Tugu, dan MBS 4 Karangan,” ujarnya. Nah, MBS Watulimo rencananya dinamai MBS 3 Haji Suyoto Watulimo.
Untuk diketahui, nama Suyoto (almarhum) dipilih guna menghargai jasanya yang telah mewakafkan banyak tanahnya untuk amal usaha Muhammadiyah, baik sekolah maupun masjid. Terutama di Watulimo.
Lantas, sembari menanti rencana pembangunan gedung dan pengumpulan dana, apakah Warjito dan kolega lantas berpangku tangan? Tidak. Sekolah sudah melakukan berbagai usaha sembari promosi kepada masyarakat.
Tahun pelajaran 2017 lalu, sekolah ini menjalin kerja sama dengan Ponpes Arrosyidin Malang. Delapan anak dititipkan di sana. ”Hasilnya, sudah ada yang hafal empat juz. Namanya Arga Syaiful Bahri,” terang pria lulusan IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Malang tersebut.
Bahkan, kata Warjito, siswa tadi sudah bisa berkhotbah di ranting-ranting. ”Kalau saya sedang mengisi khotbah, dia saya ajak untuk sesekali menggantikan,” katanya.
Apa usaha selanjutnya? Pada Februari 2018, pihak sekolah mendatangkan pakar pondok pesantren (MBS) dari PP Muhammadiyah, Ustadz Yunus Muhammadi. Beliau kini menjabat ketua Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP3M).
Seolah gerak cepat, sebulan berselang, tepatnya pada 30 Maret 2018, rombongan sekolah ganti studi banding ke Pondok Pesantren Muhammadiyah Imam Syuhodo di Sukoharjo, Jawa Tengah. Nah, sekarang yang sedang diperjuangkan adalah mendatangkan calon ustadz dan ustadzah.
Ketika berbincang dengan PWMU.CO, Warjito mendapat kabar baik. Dia mendapat kontak dari mantan ustadzah MBS Jombang untuk menjaring komunikasi dengan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta. Tak mau berlama-lama, dihubungilah nomor yang diperoleh.
”Alhamdulillah, respons PUTM baik. Tadi sedang dibicarakan. Tapi disuruh buat surat dulu sebagai permintaan resmi,” jelas Warjito setelah selesai bertelepon.
Ada satu lagi, katanya, yang menjadi daya tarik tersendiri jika kelak ada siswa yang dari luar daerah. Kecamatan Watulimo dikenal banyak aneka wisata, mulai pantai sampai gua. ”Itu bisa juga nilai tambah. Kalau keluarga ingin membesuk, bisa sambil rekreasi ke pantai,” ujarnya.
Apa pun itu, semoga rencana pembangunan MBS 3 Haji Suyoto Watulimo berjalan dengan lancar. Dengan begitu, akan lahir tahfiz-tahfiz baru sebagaimana yang ingin dijadikan program unggulan sekolah. Juga lulusan yang berakhlakul karimah serta berguna bagi agama dan bangsa. Seperti kata pepatah, hasil tak akan pernah mengkhianati usaha.
Respons wali murid pun cukup bagus. Gunanto, salah satu wali murid, ketika dihubungi mengatakan bahwa dirinya menyambut baik program MBS yang dicanangkan sekolah. Bahkan, anak keduanya, yang masih SD, akan disekolahkan di MBS jika kelak programnya sudah berjalan sempurna. “Intinya saya sangat setuju dengan program MBS itu,” tegas pria yang berprofesi guru SD tersebut. (achmad san)