PWMU.CO – Satu setengah bulan menjelang Ramadhan 1439 H, berbagai even pembekalan muballigh digelar. Salah satu kreativitas yang menyinergikan antar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dilakukan di Ponorogo, Pelatihan Dai Muda dan Muballigh, (7/4). Peserta kegiatan terdiri dari dua PCM yang berlokasi dalam 1 kecamatan: PCM Ngrayun Barat dan PCM Ngrayun Timur yang masuk kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo.
Kegiatan yang diikuti oleh personalia 2 PCM dan masing-masing Pimpinan Ranting 2 PCM itu dipusatkan di masjid Jamik Al-Walid dukuh Dondong, Baosan Lor, Ngrayun. Tujuan utama pelatihan ini adalah memberi bekal kepada calon dan dai Muhammadiyah untuk lebih paham tentang arah dakwah Persyarikatan. Dan, tentu saja menguatkan niat dan dakwah.
sebagai pemateri pada pelatihan ini adalah Supriyanto MA, Suwarso, dan Mujiono. Dalam paparannya, Suwarso menegaskan seorang muballigh atau dai harus punya bekal yang prima dalam 4 hal. “Yaitu bekal bekal ruhiyah atau spiritual, bekal jasadiyah atau badan yang sehat, bekal karakter, serta bekal tsaqafah atau pengetahuan yang mumpuni tentang khazanah Islam,” jelas Sekretaris Majelis Tablig Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo ini.
Di sesi berbeda, Ketua Majelis Tablig PDM Ponorogo, Supriyanto, menjelaskan tentang bagaimana penetapan bulan baru hijriyah. Menurutnya, ada 2 metode untuk menentukannya, yaitu rukyatul hilal dan hisab. “Karena hisab selaras dengan ilmu pengetahuan, maka Muhammadiyah meyakini metode hisab lebih akurat,” jelasnya sambil menguraikan bahwa gerak benda-benda langit sudah bisa dihitung berdasarkan ilmu astronomi.
Acara berjalan dengan baik dan lancar ketika Ketua PCM Ngrayun Barat, Mujiono, ikut memberi memotivasi para peserta. Kata Mujiono, program pelatihan dai seperti ini benar-benar sangat bermanfaat sebagai sarana berkordinasi dan juga silaturahmi. “Tak lupa untuk meng-charge dan meningkatkan niat sehingga niat dan perjuangan dai selalu istiqamah,” jelasnya.
Bagi PCM Ngrayun Barat maupun Ngrayun Timur, program seperti ini akan diistiqamahkan dalam waktu-waktu tertentu. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas dakwah dan sebagai upaya menuju kehidupan yang berkemajuan. (timur)