PWMU.CO – Kegiatan Qiyamul Lail yang di gelar Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Surakarta, Jawa Tengah sebelum Ujian Nasional tingkat SD/MI diharapkan menjadi satu kebiasaan positif. Kegiatan ini semoga berdampak bagi kesiapan pelajar Muhammadiyah dalam menghadapi ujian nasional.
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko mengungkap acara Qiyamul Lail ini telah diikuti 120 siswa bersama orang tua atau wali murid. Qiyamul Lail juga diikuti Kepala Sekolah Sri Sayekti SPd MPd, Ketua Komite Sekolah Drs H. Muchsin al Rasyid, Tenang Pranata SPd MPd dari Majelis Dikdasmen, Imam Salat Drs H. Teguh MPd dan Ketua PDM sekaligus Ketua MUI Kota Surakarta Drs KH. Subari.
“Kegiatan qiyamul lail ini merupakan kegiatan rutin yang selalu dilaksanakan pihak Sekolah. Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu upaya peneguhan pengahayatan praktik ibadah al Islam Kemuhammadiyahan secara kaffah. Sekaligus, lanjutnya, sebagai preventif pengaruh media sosial dan aktivitas yang kurang mendukung sukses UN di era kekinian,” terang Jatmiko, Sabtu (07/04/2018).
Diawali salat sunnah dua rakaat ringan, atau shalat Iftitah atau khofifatain. Dilanjutkan salat delapan rakaat tarawih di tambah tiga witir. Masing-masing dilakukan tanpa tasyahud awal, sehingga formasinya adalah 4 rakaat- 4 rakaat- 3 rakaat.
Usai shalat dilanjutkan tauziyah oleh Drs KH. Subari yang menyampaikan Ujian Sekolah sejak dulu sudah ada. “Saya dukung karena kita akan Terpacu untuk belajar, bagaimana membedakan belajar yang sungguh-sunguh dengan yang biasa-biasa saja. Setiap tahun sejak dari dulu di Indonsia ada ujian akhir. Jika saya sekolah dulu namanya SR atau sekolah rakyat dan diganti sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyyah ini selama 6 tahun belajar menjadi gambaran terakhir pada tempo tiga hari. Latihan atau try out atau uji coba, itu penting sebagai gambaran. Tidak akan ada hasil yang baik kecuali diupayakan sendiri” ucapnya.
Pada kesempatan itu, KH Subari juga menceritakan suatu riwayat. Suatu saat Iman As Syafei pulang menuntut ilmu dan bangga memikul buku-buku catatannya yang banyak. Di tengah jalan ia dicegat oleh penyamun atau begal yang menyangka sedang membawa harta berharga. Iman As Syafei berkata: “Buku-buku ini tidak bermanfaat bagi kalian, ini merupakan catatan ilmu pengetahuanku.” Salah seorang penyamun berkata, “Al ‘ilmu fis sudur walaisa fis sutur” (ilmu itu di dada (dihapalkan) bukan tertulis di kertas).
Selain sebagai media pendidikan, Subari juga mengatakan kegiatan shalat malam ini bisa menjadi media untuk mengasah kecerdasan secara religi pada para siswa. Dengan begitu, Ia berharap para siswa bisa meningkatkan rasa syukurnya terhadap kenikmatan yang telah Allah SWT anugerahkan kepada mereka.
Menurut Subari, kegiatan ini tidak hanya berkenaan dengan kegiatan shalat malam di sekolah tapi juga di rumah. Ia menegaskan, dan mengharapkan siswa diwajibkan untuk mengikuti ibadah shalat lima waktu, shalat sunnah, wirid dan do’a.
“Belajar dengan sebaik-baiknya, berdo’a robbi zidnii ilmaa warzuqnii fahmaa “Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman, datang jangan sampai terlambat ketika ujian, karena tergesa-gesa bagian dari syaitan, ya Allah Ya kariim anak-anak kami di SD Muhammadiyah 1 Ketelan akan menempuh ujian akhir, berikan kemudahan, ketenangan, berilah kesungguhan dan semangat untuk mengikuti ujian, maka dari itu kami mohon bantuan dan pertolongan darimu ya Allah, Insya Allah atas Kehendak Mu semoga anak-anak kami mampu melaksanakan tugas dengan maksimal dan hasil optimal dari pertolonganmu ya Allah” terangnya.
KH. Drs Subari berharap semoga pelajar Muhammadiyah pandai ilmu duniawi dan ilmu diniyah yang nantinya mampu sebagai penolong dan tokoh-tokoh kami, bangsa kami dan bangsa-bangsa seperti di kabarkan peryarikatan Muhammadiyah baldatun tayyibatun warabun ghafuur, menjadi pemimpin bangsa yang membawa bangsa sejahtera lahir dan batin.(jatmiko)