PWMU.CO-Ini yang jarang dibahas dalam pengajian. Menulis buku sebenarnya termasuk dari amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun penulisnya sudah mati.
Hal itu disampaikan Much. Khoiri, dosen Unesa dan penulis buku dalam Workshop Literasi yang diadakan Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Kediri di Gedung Dakwah Gurah, Sabtu (7/4/2018).
Baca Juga: Sertifikat Workshop Bisa Diambil, Syaratnya Berita Empat Kali Dimuat PWMU.CO
“Sepanjang sejarah, kita temukan bukti yang bertumpuk-tumpuk. Buku seringkali membawa perubahan. Biang dari semangat hidup, semangat berkuasa untuk mengubah arah perkembangan peristiwa,” kata Khoiri di depan 55 peserta workshop yang terdiri utusan AUM dan Ortom.
Buku, kata Khoiri menegaskan, mampu menguatkan kontinuitas pengetahuan dari masa ke masa. ”Memang kewajiban membaca itu utama dan menulis baru menyusul. Bacalah lalu tulislah adalah dua kata kegiatan reseptif lalu produktif, dua kata itu bertautan,” katanya.
Menulis bukanlah urusan sunnah atau mubah melainkan wajib, kata dia. ”Sebagai muslim sudah selayaknya menulis dianggap sebagai amal ibadah, sebuah kewajiban yangharus ditunaikan sama pentingnya dengan kewajiban membaca,” tuturnya.
Dia menjelaskan, dalam Alquran surat Al Alaq ayat 1-5 Allah berfirman, bacalah atas nama Rabbmu yang telah menciptakan, telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan robbmu amat pemurah. Yang mengajarkan dengan qalam (pena). Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tiada di ketahuinya.
Kutipan firman Allah tersebut, kata dia, menjadi tonggak penting bahkan menegaskan membaca itu wajib karena diperintah Allah. Agar bisa membaca ayat-ayat Allah baik yang tertulis maupun yang tak tertulis, maka perlu diikat dengan qalam. ”Maksudnya diikat dengan cara ditulis, dan alat tulis yang lumrah adalah qalam atau pena,” tandasnya. (Dahlansae)