PWMU.CO – Makkah telah begitu lama mengokohkan diri sebagai kota metropolitan. Madinah baru menyusul di tangan Nabi SAW berubah jadi metropolitan yang ditandai dengan perubahan nama dari Yatsrib menjadi Madinah. Sekalipun demikian denyut kemetropolitan Makkah masih tetap terasa melampaui Madinah, sampai sekarang.
Hadirlah ke kedua Kota Suci ini, sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya. Semakin sering semakin mantap Anda menyimpulkan betapa jauh lebih kuat denyut itu di Makkah dari pada Madinah.
Kemetropolitan sebuah kawasan ditandai oleh banyak hal, antara lain oleh dominasi dunia perdagangan dan dinamika warganya. Dua tanda ini begitu “kentara” di Makkah dari pada di Madinah.
Mengamati delapan belas tahun terakhir, sejak pertama kali merasakan perbedaan denyut kemetropolitan dua kota ini, semakin pesat perkembangan Makkah dari pada Madinah. Perubahan-perubahan spektakuler banyak terjadi di Makkah. Tentu termasuk perubahan Masjid Alharam. Juga adanya menara spektakuler: Jam Raksasa, dan banyak hotel bertaraf internasional, seperti Swiss Maqam dan Swiss Makkah.
Memang Masjid Nabawi dan hotel-hotelnya juga berkembang, tapi tetap Makkah berada di depan, melampauinya. Mengapa berbeda? Rasanya ini jawabannya: di Makkah ada thawaf dan sai. Dua ibadah yang amat kuat mencerminkan dinamika: bergerak mengitari Kabah dan bolak balik dari dan ke Shafa dan Marwa. Adapun yang tidak berbeda keduanya ialah sama sama memiliki ruh perkasa: selalu dekat dengan Allah.
Buatlah kawasanmu menjadi metropolitan, tetapi tetap jiwamu dalam asuhan Tuhan! (*)
Makkah, 12 April 2018
Catatan M Saad Ibrahim, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim