PWMU.CO-Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kedungkandang menggelar Tabligh Akbar, Ahad (15/04/2018). Kegiatan bertemakan Targhib Ramadhan (Rindu Bulan Ramadhan) tersebut dipusatkan di Masjid Manarul Islam, Jalan Danau Bratan Raya Sawojajar Kota Malang. Dihadiri ratusan jamaah, Tabligh Akbar dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan ini dilaksanakan dengan menghadirkan Wakil Ketua PDM Kota Batu, Ustadz Syarif Hidayatullah, S.Ag.
Di hadapan jamaah, Ustadz Syarif Hidayatullah yang membidangi Majelis Tarjih menyampaikan sebentar lagi bulan suci ramadhan akan tiba. Sambil membaca surat al Anfal ayat (60), Syarif mengajak ummat Islam untuk mempersiapkan menyambut datangnya bulan suci layaknya juga menghadapi peperangan. Di ayat tersebut, lanjut Syarif, Allah Swt memerintahkan ummat Islam untuk mempersiapkan dengan segala kemampuan dalam menghadapi musuh.
“Puasa juga peperangan. Perang melawan hawa nafsu kita. Jadi, butuh persiapan, baik fisik, rohani maupun harta. Ini terkait persiapan individu,” tutur Syarif.
Selain persiapan individu, tambah dia, persiapan keluarga juga perlu dilakukan, yakni mencari cara bagaimana seluruh anggota keluarga bisa ikut senang dan bahagia menyambut bulan suci Ramadhan. Persiapan lain yang tidak kalah pentingnya, kata dia, adalah persiapan lingkungan. “Di antaranya persiapan takmir Masjid menyambut Ramadhan,” ucap dia.
Setelah berbagai persiapan itu dilakukan, kata Syarif, ummat Islam perlu meningkatkan dengan melakukan kajian untuk semakin menguatkan keyakinan dengan memahami hukum-hukum dan keutamaan seputar puasa. Di antaranya, kata dia, memahami keutamaan Ramadhan. “Dengan mengetahui keutamaan, menjadikan seseorang bersemangat dalam beribadah. Keutamaan ini terikat dengan al Quran dan Hadits yang maqbul,” ucap dia,
Dia mengatakan bahwa di kalangan warga Muhammadiyah sudah terjadi kebiasaan memahami keutamaan tentang Lailatul Qodar. Kebiasaan yang mendorong peningkatan kegiatan ibadah di malam-malam turunya lailatul qodar tersebut perlu untuk dilestarikan. Namun begitu, beribadah tidak perlu harus menunggu malam lailatul qodar datang, karena di malam-malam lain di bulan ramadhan juga penuh dengan keutamaan. “Allah telah mewajibkan hamba-Nya untuk berpuasa. Dan tujuan dari berpuasa sebagaimana disebutkan dalam Surat al Baqoroh ayat (183) adalah ketakwaan,” kata dia.
Jadi, kata dia, tujuan ibadah adalah takwa. Kemuliaan di sisi Allah adalah ketakwaan, walaupun secara materi tidak berlimpah. Ketakwaan bisa diraih oleh semua, tidak terikat dengan materi dan jabatan. Puasa adalah sarana menjadi orang yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah, ayat (184). Ayat ini juga menegaskan bahwa bagi yang puasa, wajib puasa. Bagi yang sakit atau perjalanan, wajib qadha. “Bagi yang tidak lagi mampu puasa, membayar fidyah,” terang dia.
Lebih lanjut, ia menyatakan bulan suci Ramadhan memiliki banyak nama. Salah satunya adalah Syahru Shiyam sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat al Baqarah ayat (183). Di ayat tersebut juga ditegaskan bahwa puasa, bukan hanya diwajibkan bagi ummat Nabi Muhammad Saw, tetapi juga diwajibkan pada ummat-ummat sebelumnya. “Waktu mulai puasa adalah terbit fajar shodiq hingga terbenamnya matahari,” jelas dia.
Meski sama-sama diwajibkan puasa, lanjut dia, ibadah puasa bagi ummat Nabi Muhammad SaW dengan ahli kitab berbeda. Bedanya adalah pada makan sahur. “Makan sahur adalah pembeda dengan umat terdahulu,” tutur dia,
Sambil menyitir surat al Baqoroh ayat (185), Syarif menyebutkan nama lain bulan Ramadhan, yakni bulan al Quran. Untuk itu, dirinya mengajak ummat Islam untuk manfaatkan Ramadhan dengan memperbanyak membaca al Quran. “Jadwalkan satu hari membaca 10 lembar, yang ini setara dengan satu Juz. Dengan harapan, di akhir Ramadhan khatam membaca Al-Quran satu kali,” ajak dia,
Nama lain dari bulan Ramadhan, lanjut dia, sebagaimana dalam surat al Baqarah, Ayat (186), puasa Ramadhan juga disebut sebagai Syahru Ad-Du’a atau bulan berdoa. Dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kata dia, menyebutkan salah satu kelompok manusia yang doanya mustajab adalah orang berpuasa. “Berdoa adalah perintah Allah kepada kita. Maka, mari kita perbanyak doa,” kata dia seraya menyebut nama lain dari Ramadhan adalah bulan ampunan.
“Terus bagaimana ulama salaf menyambut bulan Ramadhan?” tanya pada jamaah.
Dia mengatakan bahwa para ulama salaf berdoa kepada Allah, 6 bulan sebelum Ramadhan, agar bisa berjumpa dengan Ramadhan. Tatkala mereka berjumpa dengan Ramadhan, kata dia, mereka optimalkan dengan berbagai amal-amal ibadah. Di akhir Ramadhan, mereka khawatir apakah amal ibadah selama Ramadhan diterima Allah Swt atau tidak. “Ini menjadi kesedihan bagi ulama salaf,” ucap dia. Seusai Ramadhan, lanjut dia, mereka berdoa selama 6 bulan setelah Ramadhan, agar ibadah selama Ramadhan diterima Allah.
Di akhir ceramahnya, dia mengajak jamaah mbuat perencanaan kegiatan selama Ramadhan, mulai bangun tidur hingga kembali tidur. Kegiatan selama satu bulan. Rencanakan dengan detail, baik kegiatan harian, Pekanan, 10 harian. Buat variasi dalam kegiatan tersebut. “Jika untuk urusan dunia, kita mampu membuat perencanaan yang sangat baik; apalagi untuk urusan akhirat, hendaknya kita lebih perhatian. Mudah-mudahan Allah memberi taufiq kepada kita semua,” ujarnya. (Eko Budi Cahyo)
Discussion about this post