![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2018/04/IMG_20180417_121518_225.jpg?resize=696%2C392&ssl=1)
PWMU.CO – “Di zaman yang serba canggih dan modern sekarang ini, dari pengalaman Pak Khalili, pernakah menikahkan pasangan lewat video streaming maupun video call?”
Pertanyaan menarik itu disampaikan Kusmiani dalam pengajian “Pembinaan Keluarga Sakinah” yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Wringinanom Gresik, di Masjid Al Ihsan yang satu kompleks dengan Panti Asuhan Al Ihsan Muhammadiyah Wringinanom, Ahad (15/4/18).
Menanggapi pertanyaan Ketua PCA Wringinanom itu, Khalili SAg MPd—Kepala KUA Kecamatan Wringinanom—itu menjawab tegas, “Pernah dan sah. Asalkan semua syarat dan rukun terpenuhi.”
Rupanya jawaban itu tidak memuaskan Nur Alfa—Sekretaris PCA Wringinanom. “Saya pernah membaca sebuah buku. Kalau selesai akad nikah, biasanya pengantin itu langsung bersalaman dan mencium kening. Nah kalau pernikahan by VC (video call) maka nggak lego,” candanya.
Sontak jamaah pengajian yang hadir tertawa gerrr-gerran. Mereka terdiri dari anggota PCA Wringinanom, Pimpinan Ranting Aisyiyah se-Wringinanom, Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Wringinanom, dan dan mahassiwi dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Sebelum sesi tanya jawab itu, Khalili menjelaskan bahwa tupoksi KUA bukan hanya menikahkan. “Tetapi juga memberikan pembinaan keluarga sakinah, seperti yang berlangsung sekarang ini,” ujarnya. Untuk kegiatan ini, PCA Wringinanom memang bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Wringinanom.
Keluarga sakinah, menurut dia, memiliki empat tingkatan beberapa tingkatan sakinah, berdasarkan pendidikan dan pengetahuan suami-istri.
“Sakinah I, jika pasangan suami-istri berumah tangga dan sudah memenuhi kebutuhan dasar material dan spiritual,” jelas Khalili yang pernah bertugas sebagai Kepala KUA Duduksampeyan dan Tambak, Bawean Gresik ini.
Sakinah II, sambungnya, adalah sakinah I plus suami-istri yang memiliki pendidikan yang tinggi dan ilmu keagamaan yang luas.
“Sakinah III, adalah sakinah I dan II ditambah mengamalkan pendidikan dan nilai keagamaan yang dimiliki. Dan yang terakhir, level paling tinggi adalah sakinah plus, jika sakinah I-III sudah terpenuhi dan di lingkungan masyarakat, mereka menjadi panutan,” ungkap pria kelahiran Sumenep yang kini tinggal di Benjeng, Gresik. (Ani)
Discussion about this post