PWMU.CO – Lewat rapat pimpinan pada Jum’at, 20 April 2018, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur memberi tugas khusus kepada Prof Zainuddin Maliki dan Nadjib Hamid. Dua Wakil Ketua PWM ini diminta untuk ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Nadjib Hamid diminta maju untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, sementara Zainuddin Maliki ditugaskan untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
“Insya Allah. Saya siap maju dalam pemilihan anggota DPR RI,” Prof Zainuddin dengan tegas menjawab saat dihubungi pwmu.co, Sabtu (21/4/2018). Prof Zainuddin menyatakan menerima keputusan ini karena ia dilatarbelakangi oleh keinginan Muhammadiyah mengawal penguatan politik nilai.
“Muhammadiyah merindukan Indonesia yang berkemajuan, kuat, adil, dan beradab. Impian itu hanya bisa digapai apabila politik nilai yang mengedepan. Islam dan Indonesia berkemajuan, yang rakyatnya bermoral kuat, tercerahkan dan berkesejahteraan. Indonesia yang diimpikan Muhammadiyah akan terwujud jika bisa mengesampingkan politik pragmatis dan politik yang tidak fair,” mantan tegas Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya dua periode itu.
Keputusan yang diambil oleh PWM Jatim itu, menurut Zainuddin juga sekaligus merupakan perwujudan budaya politik partisipatoris. Oleh karena itu Muhammadiyah berkeputusan untuk ambil bagian dalam politik. “Tidak membiarkan keadaan politik bergulir menjauhi nilai-nilai luhur yang menjauhkan bangsa ini dari perjuangan meraih kemuliaan bangsa Indonesia.”
Budaya politik partisipan yang mengedepankan politik nilai itu telah ditunjukkan oleh para pendahulu dan pemimpin-pemimpin Muhammadiyah seperti Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kyai Haji Mas Mansyur, Sjafruddin Prawiranegara, Djoeanda Kartasasmita, Kyai Haji Ahmad Dahlan dan banyak lagi.
Peran politik para pendiri dan tokoh-tokoh Muhammadiyah tersebut telah memberikan sumbangan di dalam meletakkan tatananan nilai berupa dasar-dasar filosofis dan konstitusional bagi tumbuhnya Indonesia yang kuat dan berkeadaban.
“Ciri masyarakat yang memiliki budaya politik partisipan, mereka sadar sebagai warga negara dan berusaha memberi perhatian terhadap kondisi politik yang berkembang. Mereka memiliki kemampuan mengorganisir diri dan mengkonsolidasikan diri sehingga tumbuh menjadi sebuah kekuatan besar,” demikian ditegaskan oleh Prof. Zainuddin Maliki yang juga dikenal sebagai penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur itu.
Karena itu, penulis buku Muhammadiyah dalam Pusaran Politik ini mengajak seluruh warga persyerikatan untuk menunjukkan budaya partisipatorisnya dalam tahun politik 2018 ini dengan mengkonsolidasikan diri. “Mari kita ajak masyarakat untuk meninggalkan budaya politik parokial, budaya acuh dan tak peduli politik. Mari kita konsolidasikan potensi politik kita,” ungkapnya.
Pria yang pernah diangkat Presiden menjadi Unsur Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2009-2014 itu menegaskan, dengan potensi yang terkonsolidasi pasti menjadi kekuatan yang berdaya ungkit politik besar.
“Dengan kekuatan yang besar itu Muhammadiyah kita yakini bisa mempengaruhi jalannya sistem politik nilai dan berbagai proses pengambilan kebijakan yang bermanfaat untuk meraih cita-cita dakwah Muhammadiyah, yakni terwujudnya Islam dan Indonesia berkemajuan,” kata Zainuddin menutup pernyataannya.
Kendaraan partai politik (Parpol) yang akan mengusung Prof Zainuddin Maliki adalah Partai Amanat Nasional (PAN). Semoga Allah swt merestui. Amiin. (aan)