PWMU.CO-Pernah naik ambulance? Atau berani naik ambulance? Itulah pertanyaan menarik yang dilontarkan Ketua Takmir Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, Nur Chasan Basri, saat membuka pelatihan pemulasaraan jenazah di ruang utama Masjid An-Nur, Sabtu (21/4). “Bapak Ibu harus terbiasa naik ambulance, nanti kalau sudah dipanggil oleh keluarga kifayah maka akan diantar menggunakan ambulance An-Nur,” kata Chasan Basri.
Chasan Basri mengaku pertanyaan tersebut sengaja ditanyakan karena banyak orang takut naik ambulance lantaran mobil itu hanya digunakan untuk mengangkut orang sakit atau meninggal dunia. “Pernah saya habis takziah pakai ambulance. Pas pulang ada teman yang numpang. Begitu masuk perumahan semua orang mendatangi. Mulai satpam, tetangga kanan kiri, semua berkerumun dikira ada yang sakit atau meninggal,” papar pria yang akrab dipanggil Abi Hasan di acara tersebut menceritakan.
Selain Abi Chasan, kegiatan pelatihan pemulasaraan jenazah ini juga menghadirkan pemateri lain, yakni Mohammad Ernam dan dr Tjatur Prijambodo. Abi Chasan dan Mohammad Ernam mengupas pemulasaraan jenazah sesuai tuntunan fiqh termasuk trik-trik yang harus dilakukan pada saat memandikan atau mengafani. Sementara dokter Catur Priambodo mengupas tata cara memandikan jenazah yang memiliki penyakit menular.
Kegiatan yang menghaadirkan ketiga pemateri tersebut mendapat perhatian dari jamaah. Sekitar 100 peserta ikut dalam kegiatan cara memandikan dan mengafani jenazah. Yang menarik, dari total peserta yang ikut, ternyata didominasi kaum perempuan. Sementara dari kaum laki-laki hanya sedikit yang ikut di acara tersebut.
Di hadapan mereka, Mohammad Ernam banyak mengupas pemulasaraan jenazah sesuai tuntunan fiqh termasuk trik-trik memandikan atau mengafani. “Memandikan jenazah itu seperti kita mandi junub, namun karena ini memandikan jenazah perlu kekuatan psykologis dan keahlian khusus,” ujar Ernam
Sementara dr Tjatur Prijambodo mengupas cara memandikan jenazah khusus. Kondisi khusus yang dimaksudkan adalah jenazah yang memiliki penyakit menular. Dikatakan, rumah sakit mengeluarkan surat kematian jenazah itu berisi identitas dan riwayat sakit atau penyakit jenazah. “Jika jenazah sudah jelas mengidap penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan Tuber Colosis (TB) maka cara memandikan itu khusus,” tutur dokter yang menjadi Direktur rumah sakit Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan.
Bagi orang yang hendak memandikan jenazah yang memiliki penyakit menular, tambah dia, harus menggunakan alat pelindung diri (APD). Peralatan yang harus digunakan antara lain clemek plastik, kaos tangan karet, masker, kaca mata, penutup kepala, sepatu boot, dan larutan klorin 0,5%. “Pastikan yang akan memandikan tidak memiliki luka di tangan atau kaki, menggunakan alat pelindung diri (ADP), dan clorin 0,5%.,” terang mantan Direktur Askes Jawa Timur ini tegas.
Mula-mula, kata dia, jenazah disiram dengan klorin, lalu didiamkan 10 menit, kemudian dimandikan seperti biasa. Terakhir disiram lagi dengan klorin, dan tutup lubang-lubang tubuh dengan plaster kasa agar tak ada cairan yang keluar. “Selama memandikan air harus mengalir, tidak boleh diam. Peralatan yang digunakan semua disiram dengan cairan klorin”, pungkas dokter Catur.(R6)