PWMU.CO-Wasatiyyat Islam atau moderasi Islam menjadi bahasan para cendekiawan Muhammadiyah yang berkumpul dalam simposium di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (23/4/2018).
Hadir dalam simposium ini Prof Dr Dien Syamsuddin, Prof Dr Azyumdi Azra (mantan Rektor UIN Jakarta), Dr Dahlan Rais (PP Muhammadiyah), Prof Zakyudin Baidhawi (guru besar IAIN Salatiga), Prof Fauzan Saleh (guru besar IAIN Kediri), Prof Dr Bambang Setiaji (Rektor Universitas Muhammadiyah Kaltara), Dr Sofyan Anif (Rektor UMSurakarta), Piet H Khaidir MA (pengasuh Pesantren Al Islah Lamongan), Ahmad Muttaqin PhD (Ketua DPP ASAI), dan Sholihul Huda MFilI (PPAIK UMSurabaya).
Baca juga: Begini Cerita Din Syamsuddin tentang Pendidikan Keluarga dan Lingkungan semasa SD yang Patut Ditiru
Dien Syamsuddin mengatakan, secara realita kita tidak boleh menutup mata adanya ketegangan dan potensi konflik. ”Konflik agama biasanya tidak disebabkan oleh faktor agama tetapi lebih non agama seperti kesenjangn sosial, ekonomi, politik, agama kemudian jadi pembenar,” ujarnya.
Untuk menghindari konflik, sambung dia, dibutuhkan dialog dan rumusan implementatif terkait teologi Wasatiyyah Islam. Forum ini punya posisi penting untuk menampung dan mendiskusikan gagasan-gagasan dari para cendekiawan Muhammadiyah.
Dijelaskan, dalam rumusan buku Wasatiyyah Islam untuk Peradaban Dunia: Konsepsi dan Implementasi, disebutkan Wasatiyyah Islam adalah konsep utama yang terkait dengan ajaran Islam yang melekat dengan konsep ummatan wasathan.
Piet Hizbullah Khaidir menyampaikan perlu ditambahi terkait basis gerakan wasatiyyah Islam yaitu untuk keadilan global dan networking gerakan toleransi. Pilihan tujuan dari gerakan wasatiyyah Islam dapat mengambil sebagai gerakan kesadaran dari kelompok ekstrem kanan atau kiri Islam. Atau pilihan gerakan alternatif sebagai counter opini baru dari dua kutub ekstremitas Islam.
Sementara, Sholikhul Huda menambahkan, konsep wasatiyyah Islam sudah bagus, tapi yang perlu di tambahkan dan dirumuskan secara serius adalah fungsionalisasi.
“Wasatiyyah Islam dalam praktik kehidupan di masyarakat, artinya perlu pribumisasi wasatiyyah Islam. Seperti bagaimana mempraktikkan politik wasatiyyah, ekonomi wasatiyyah, hukum wasatiyyah, pendidikan wasatiyyah, budaya sosial wasatiyyah dan sebagainya,” jelasnya.
Para cendekiawan ini hadir atas undangan Kepala Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja sama Antar Agama dan Peradaban Prof Dr Dien Syamsuddin MA. Mereka mendiskusikan serta merumuskan Wasatiyyat Islam (Moderasi Islam) untuk Peradaban Dunia sebagai usulan Indonesia untuk Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyat Islam di Bogor 1-3 Mei 2018 mendatang.
Diskusi ini di kemas dalam bentuk Simposium Wasatiyyat Al Islam Kerjasama Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban dengn UMSurakarta. (Izzudin)
Discussion about this post