PWMU.CO – Ada pesan menarik yang ‘diwasiatkan’ Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Nur Cholis Huda pada para wisudawan Program Sarjana dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, di Menara Tauhid, Jalan Sutorejo Surabaya, Sabtu (28/4/18).
“Pada wisudawan, saya hanya berpesan satu saja. Belajarlah dari pensil. Ya pensil,” ujarnya. Mengapa pensil? Menurut dia, ada lima filosofi penting yang bisa diambil dari pensil.
Pertama, pensil itu bisa menulis, karena ada tangan yang menggerakkan. “Hidup kita juga begitu. Kita bisa berbuat banyak karena ada tangan yang menggerakkan, yaitu tangan Tuhan,” tuturnya.
Tanpa tangan Tuhan, sambung dia, kita tidak bisa apa-apa. “Sakit saja tidak berdaya. Ndak sampai sakit berat. Sakit gigi saja ndak bisa konsentrasi, apalagi stroke,” jelasnya.
Semua kesuksesan, kata Alquran, adalah tangan Tuhan. “Ma ashabaka min hasanatin fa minallah,” kata Pak Nur—sapaan akrabnya—mengutip surat Annisa ayat 79, yang artinya, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah.”
“Semua prestasi yang baik, fa minallah. Sumbernya dari Allah. Sebaliknya wa ma ashabaka min sayyiatin famin nafsik. Semua kegagalan, hal yang tidak baik yang kamu terima, itu karena dirimu sendiri,” ujarnya melanjutkan ayat di atas.
Jadi, dia menegaskan, kalau kita gagal, pertama-tama lihatlah dirimu. Jangan cari kambing hitam. Jangan menyalahkan orang lain. “Tapi kalau kamu sukses sadarilah bahwa di sana ada Tuhan. Sehingga tidak perlu sombong,” ungkapnya.
Yang kedua, Pak Nur melanjutkan, tulisan itu memberi bekas, bahkan ketika pensilnya sudah rusak, tulisannya masih berbekas. “Hiduplah seperti itu. Anda membikin sesuatu berbekas dan panjang, bekas dan baik. Ketika kita sudah tidak ada, bekas itu masih bermanfaat,” pesannya.
Ketiga, pensil itu bisa tumpul. Karena itu perlu diraut untuk diruncingkan kembali. Demikian juga dengan manusia. Menurut Pak Nur, kualitas dan ilmu manusia harus terus diasah agar lebih ‘tajam’, yakni semakin berkualitas. “Tingkatkanlah dirimu!” pesannya.
Keempat, yang tertulis dari pensil itu kadang salah. Namun masih ada kesempatan untuk menghapus keselahan itu. “Kita juga begitu. Wiridan kita mengatakan Subhanallah, hanya Allah Yang Maha Suci, tapi manusia tidak suci. Pernah salah, namun (kesalahan) itu bisa dihapus. Dengan cara apa? Hapuslah kesalahan kita dengan kebaikan yang banyak,” terang dia.
Pak Nur berpesan agar kita tidak menutupi kesalahan dengan kebohongan. “Semua yang busuk akan berbau juga,” tegasnya.
Terakhir, pensil itu yang penting bukan kayunya tapi hitamnya. Yang bisa bikin tulisan itu (karbon) hitamnya. “Manusia juga begitu. Bukan fisiknya, bukan gelarnya. Tapi prestasinya, akhlaknya, dan karakternya. Bibir Saudara pakai lipstik itu indah. Tapi yang bernilai bukan bibir tersebut, melainkan yang keluar dari bibir Saudara,” katanya.
“Allah tidak melihat fisik kita. Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum,” kata Pak Nur mengutip hadis riwarat Muslim. Maksudnya, “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati kalian.”
Kepada 195 wisudawan, Pak Nur juga berdoa untuk kesuksesan mereka. “Mudah-mudahan ilmu yang sudah diperoleh adalah ilmu bermanfaat. Mudah-mudahan Saudara-saudara mempunyai pekerjaan yang menyenangkan. Bagi yang masih bujang mudah-mudahan segera dapat pasangan.” (MN)
Discussion about this post