PWMU.CO – Pada abad ke-21 ini Muhammadiyah sedang
giat melakukan internasionalisasi gerakan melalui diaspora kader ke seluruh penjuru dunia.
Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg mengatakan hal itu dalam acara “Pelepasan Siswa Kelas VI Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta Tahun Pelajaran 2017/2018”, di Supportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (1/5/18).
Di hadapan 168 santri yang akan dilepas itu, Agung—sapaannya—menyampaikan harapannya agar alumni Madrasah Muallimin ikut menjadi bagian dari kader yang terlibat dalam gerakan internasionalisasi Muhammadiyah.
Dia menyampaikan, selama 6 tahun ditempa oleh PP Muhammadiyah, kini saatnya para santri dilepas ke dunia nyata dengan membawa amanah Persyarikatan.
“Alumni Madrasah Muallimin (untuk laki-laki) dan Muallimat (untuk perempuan) telah menjadi anak panah yang dilesatkan PP Muhammadiyah ke penjuru negeri, bahkan dunia sebagai diaspora. Sepuluh dua puluh tahun yang akan datang, kontribusi mereka akan tampak,” harap Agung.
Muhammadiyah, dia menekankan, di mana pun berada harus selalu memberi kemanfaatan pada khalayak. Di samping itu, juga harus mampu menciptakan sebuah karya, baik posisinya sebagai minoritas maupun mayoritas.
“Satu hal yang perlu diperhatikan yakni kelenturan dan keluwesan sangat diperlukan untuk mengembangkan Islam di era milenial ini, bukan dengan radikalisme,” sambung dia.
Pria kelahiran Kulonprogo, 24 Januari 1968 tersebut menegaskan, kalau sebelum memasuki abad 21 umat Islam selalu diintervensi ajaran-ajaran agama lain dari manca negara, kini saatnya Muhammadiyah mengembangkan ajaran agama Islam ke negara-negara lain.
Dalam kesempatan itu, Agung menyampaikan tiga tonggak penting yang menandai terjadinya internasionalisasi Muhammadiyah.
“Pertama, adanya pusat dakwah Muhammadiyah yang berada di Kairo, Mesir. Kedua, adanya pusat pendidikan menengah di Australia seluas 10 hektar yang baru saja diselesaikan Maret lalu. Dan yang ketiga, berdirinya Universitas Konsorsium Muhammadiyah di Malaysia,” papar Agung.
Untuk menjalankan semua itu, lanjutnya, para alumni diharapkan bisa menjadi diaspora kader demi terciptanya masyarakat dan peradaban yang utama.
Terkait saran banyak pihak agar Muallimin dan Muallimat yang langsung dibina PP Muhammadiyah itu menambah kuota santri, Agung mengakui jumlah 168 santri dari 22 provinsi dengan Muhammadiyah yang besar memang sangat kurang. “Insyaallah PP Muhammadiyah masih mengupayakan untuk pengembangan,” ujarnya.
Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu juga mengaku sedih melihat jumlah santri yang tidak diterima jauh lebih banyak daripada yang diterima. “Makanya, ini masih kami upayakan termasuk juga ada kemungkinan buka cabang,” jelas Agung. (Uzlifah)